Minggu, 18 Maret 2018

Feminisme Penghancur Khilafah


#Opini


Oleh Najmah Jauhariyyah
(Komunitas Muslimah Raflesia Rindu Khilafah)

Sholawat dan salam terhatur untuk Baginda Rasulullah SAW yang telah mewariskan dua  harta tak ternilai  yaitu Al Quran dan As Sunnah yang menjaga kita dari kesesatan  selama  memegang teguh keduanya.  Sholawat  teriring salam juga kita sampaikan kepada  sebaik-baik pemimpin umat yang telah mewariskan negara Khilafah yang agung  selama  berabad-abad  lamanya.

Negara ini  yang telah merubah wajah dunia.  Negara yang merubah  kegelapan menjadi bersinar  terang.  Negara yang menghapus  kejahiliyahan  berganti dengan  ilmu dan pemahaman.  Negara yang mengangkat harkat dan martabat  manusia ke posisi tertinggi sebagai khairu ummah.  Di dalam naungannya, lelaki begitu dihargai, perempuan  sangat dimuliakan.  

Dalam negara ini,  perempuan tak perlu ribut menuntut haknya.  Tanpa diminta, negara  Khilafah telah menjamin semua hak perempuan  sejak dia  masih dalam kandungan.  Negara Khilafah memang mempersiapkan perempuan sebagai sahabat  laki-laki dalam  membentuk  peradaban melalui perannya dalam  mencetak generasi.   Sekalipun perannya memang peran rumahan  tapi  negara Khilafah memberikan ruang bagi perempuan untuk aktif dan berkontribusi dalam  dalam  pendidikan, kesehatan,  dakwah bahkan dalam  bidang politik.  Terukir dengan tinta emas, beberapa nama perempuan yang memiliki andil besar  dalam  peradaban dunia di masa itu.

Para feminis mungkin akan terkagum-kagum  jika mereka melihat kiprah Maryam Asturlabi  dalam bidang astronomi.  Mereka  juga akan melongo  seandainya mereka hidup di era Kholifah Umar Bin Khattab yang  kebijakannya dikritik oleh seorang perempuan demi menjalankan peran politiknya.  Mereka juga pasti akan bertobat dari upaya pemberdayaan ekonomi  perempuan ketika melihat betapa sejahteranya perempuan  di masa Kholifah Umar  bin Abdul Aziz.

Kenyataannya feminisme  adalah salah satu  alat yang digunakan kafir barat untuk menghancurkan Khilafah.   Dalam sejarahnya  yang panjang  orang-orang kafir  selalu menyimpan kebencian kepada kaum muslimin.   Kebencian itu tertuang dalam perang salib  yang berlangsung  selama 2 abad  dalam  6 gelombang.  Kekalahan telak dalam  perang salib membuat orang-orang kafir  berfikir untuk membuat strategi baru untuk menghancurkan kaum muslimin.  Strategi itu adalah menyerang pemikiran kaum muslimin melalui serangan misionaris. Peter Venerabilis, dialah misionaris Kristen pertama yang merancang penyerangan umat Islam lewat pemikiran-pemikiran mereka. Peter membuat sebuah pernyataan yang ditujukan untuk umat Islam, “Aku menyerangmu, bukan sebagaimana sebagian dari kami (orang-orang Kristen) sering melakukan, dengan senjata, tetapi dengan kata-kata. Dan bukan dengan kekuatan, namun dengan pikiran; bukan dengan kebencian, namun dengan cinta”.

Di saat yang sama, kemunduran taraf berfikir membuat umat Islam  terkagum-kagum dengan  peradaban barat yang mulai  maju sejak revolusi Prancis  tahun 1789  masehi.  Untuk pertama kalinya Kekhilafahan membuka pintu bagi masuknya tenaga pendidikan dari barat  dan diikuti dengan pengiriman pelajar-pelajarnya ke berbagai perguruan tinggi di Eropa.

Dampak dari pengiriman para pelajar ke Eropa ternyata sangat luar biasa.  Pemikiran barat mulai meracuni  benak para pelajar Khilafah Utsmani.  Untuk pertama kalinya di negara Khilafah berkembang ide nasionalisme,  liberalisasi ekonomi  hingga feminisme.  Adalah Rufa’ah ath Thahthawi, seorang pelajar yang terpengaruh  dengan pemikiran barat seputar kebebasan perempuan.  Kehidupan sosial Eropa begitu menginsipirasi  benaknya  khususnya yang berkaitan dengan pendidikan perempuan, poligami, pembatasan perceraian dan pembauran dua lawan jenis (ikhttilath).

Tak hanya itu, ide kebebasan perempuan atau feminisme juga diusung oleh intelektual muslim lainnya.  Pada tahun 1899 Masehi,  Qasim Amin, salah seorang murid Muhammad Abduh  menerbitkan 2 buku yang kental dengan ide feminisme barat.  Dua buku itu berjudul Tahriru al Mar’ah (Kebebasan Wanita) dan Al Mar’ah al Jadiidah (Wanita Modern) yang banyak menyerang ajaran-ajaran Islam yang terkait dengan perempuan seperti  hijab.

Walhasil serangan pemikiran barat telah  merontokkan sendi-sendi kehidupan Islam  pada masa akhir Kekhilafahan Turki.  Apalagi setelah Kemal At Taturk   memisahkan kekuasaan dengan kekhilafahan pada tahun 1922 masehi hingga dihilangkannya Khilafah dari muka bumi pada tahun 1924 masehi.   Kamal at Taturk memerintahkan perempuan menampakkan auratnya, meninggalkan rumah-rumah mereka dan bercampur baur dengan kaum pria.  Sejak saat itulah  episode kelam dari kehidupan  perempuan  dimulai.  

Referensi :
Visi dan Paradigma Tafsir Al Quran Kontemporer,  DR. Abdul Majid Abdus Salam Al Muhtasib
Ad Daulah al Islamiyyah, Syekh Taqiyuddin An Nabhani

#WanitaMuliaDenganIslam
#KhilafahAjaranIslam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pemuda Islam : Think About Palestine Not Valentine

Oleh Najmah Jauhariyyah (Pegiat Sosial Media Bengkulu) Manusia adalah makhluk yang mampu berfikir.  Dengan berfikir manusia menjadi makhlu...