#Opini
Oleh Najmah Jauhariyyah
(Komunitas Muslimah Raflesia Rindu Khilafah)
Sholawat dan salam terhatur untuk Baginda Rasulullah SAW
yang telah mewariskan dua harta tak
ternilai yaitu Al Quran dan As Sunnah
yang menjaga kita dari kesesatan
selama memegang teguh
keduanya. Sholawat teriring salam juga kita sampaikan kepada sebaik-baik pemimpin umat yang telah
mewariskan negara Khilafah yang agung
selama berabad-abad lamanya.
Negara ini yang telah
merubah wajah dunia. Negara yang
merubah kegelapan menjadi bersinar terang.
Negara yang menghapus
kejahiliyahan berganti
dengan ilmu dan pemahaman. Negara yang mengangkat harkat dan martabat manusia ke posisi tertinggi sebagai khairu
ummah. Di dalam naungannya, lelaki
begitu dihargai, perempuan sangat
dimuliakan.
Dalam negara ini,
perempuan tak perlu ribut menuntut haknya. Tanpa diminta, negara Khilafah telah menjamin semua hak perempuan sejak dia
masih dalam kandungan. Negara
Khilafah memang mempersiapkan perempuan sebagai sahabat laki-laki dalam membentuk
peradaban melalui perannya dalam
mencetak generasi. Sekalipun
perannya memang peran rumahan tapi negara Khilafah memberikan ruang bagi
perempuan untuk aktif dan berkontribusi dalam
dalam pendidikan, kesehatan, dakwah bahkan dalam bidang politik. Terukir dengan tinta emas, beberapa nama
perempuan yang memiliki andil besar
dalam peradaban dunia di masa
itu.
Para feminis mungkin akan terkagum-kagum jika mereka melihat kiprah Maryam Asturlabi dalam bidang astronomi. Mereka
juga akan melongo seandainya
mereka hidup di era Kholifah Umar Bin Khattab yang kebijakannya dikritik oleh seorang perempuan
demi menjalankan peran politiknya.
Mereka juga pasti akan bertobat dari upaya pemberdayaan ekonomi perempuan ketika melihat betapa sejahteranya
perempuan di masa Kholifah Umar bin Abdul Aziz.
Kenyataannya feminisme
adalah salah satu alat yang
digunakan kafir barat untuk menghancurkan Khilafah. Dalam sejarahnya yang panjang
orang-orang kafir selalu
menyimpan kebencian kepada kaum muslimin.
Kebencian itu tertuang dalam perang salib yang berlangsung selama 2 abad
dalam 6 gelombang. Kekalahan telak dalam perang salib membuat orang-orang kafir berfikir untuk membuat strategi baru untuk
menghancurkan kaum muslimin. Strategi
itu adalah menyerang pemikiran kaum muslimin melalui serangan misionaris. Peter
Venerabilis, dialah misionaris Kristen pertama yang merancang penyerangan umat
Islam lewat pemikiran-pemikiran mereka. Peter membuat sebuah pernyataan yang
ditujukan untuk umat Islam, “Aku menyerangmu, bukan sebagaimana sebagian dari
kami (orang-orang Kristen) sering melakukan, dengan senjata, tetapi dengan
kata-kata. Dan bukan dengan kekuatan, namun dengan pikiran; bukan dengan kebencian,
namun dengan cinta”.
Di saat yang sama, kemunduran taraf berfikir membuat umat
Islam terkagum-kagum dengan peradaban barat yang mulai maju sejak revolusi Prancis tahun 1789
masehi. Untuk pertama kalinya
Kekhilafahan membuka pintu bagi masuknya tenaga pendidikan dari barat dan diikuti dengan pengiriman
pelajar-pelajarnya ke berbagai perguruan tinggi di Eropa.
Dampak dari pengiriman para pelajar ke Eropa ternyata sangat
luar biasa. Pemikiran barat mulai
meracuni benak para pelajar Khilafah Utsmani. Untuk pertama kalinya di negara Khilafah
berkembang ide nasionalisme,
liberalisasi ekonomi hingga
feminisme. Adalah Rufa’ah ath Thahthawi,
seorang pelajar yang terpengaruh dengan
pemikiran barat seputar kebebasan perempuan.
Kehidupan sosial Eropa begitu menginsipirasi benaknya
khususnya yang berkaitan dengan pendidikan perempuan, poligami,
pembatasan perceraian dan pembauran dua lawan jenis (ikhttilath).
Tak hanya itu, ide kebebasan perempuan atau feminisme juga
diusung oleh intelektual muslim lainnya.
Pada tahun 1899 Masehi, Qasim
Amin, salah seorang murid Muhammad Abduh
menerbitkan 2 buku yang kental dengan ide feminisme barat. Dua buku itu berjudul Tahriru al Mar’ah
(Kebebasan Wanita) dan Al Mar’ah al Jadiidah (Wanita Modern) yang banyak
menyerang ajaran-ajaran Islam yang terkait dengan perempuan seperti hijab.
Walhasil serangan pemikiran barat telah merontokkan sendi-sendi kehidupan Islam pada masa akhir Kekhilafahan Turki. Apalagi setelah Kemal At Taturk memisahkan kekuasaan dengan kekhilafahan
pada tahun 1922 masehi hingga dihilangkannya Khilafah dari muka bumi pada tahun
1924 masehi. Kamal at Taturk
memerintahkan perempuan menampakkan auratnya, meninggalkan rumah-rumah mereka
dan bercampur baur dengan kaum pria.
Sejak saat itulah episode kelam dari
kehidupan perempuan dimulai.
Referensi :
Visi dan Paradigma Tafsir Al Quran Kontemporer, DR. Abdul Majid Abdus Salam Al Muhtasib
Ad Daulah al Islamiyyah, Syekh Taqiyuddin An Nabhani
#WanitaMuliaDenganIslam
#KhilafahAjaranIslam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar