Minggu, 01 Agustus 2010

UMAT KRISTIANI HADIRI SEMINAR RAJAB HTI DIY TENTANG KHILAFAH

SyariahPublications.Com – Semangat HTI untuk menjelaskan Islam sebagai solusi problematika umat semakin menarik perhatian banyak pihak, termasuk umat Kristiani. Hari ini, Sabtu 10 Juli 2010 pukul 08.00 – 12.00 di Gedung Mandala Bhakti Wanitatama, Yogyakarta, mereka turut menghadiri Seminar Rajab bertema “Khilafah Solusi Dunia dan Indonesia”. Seminar yang diselenggarakan HTI DIY ini menampilkan tiga pembicara, yaitu KH M Shiddiq al Jawi (DPP HTI), Dwi Condro Triono,M.Ag. (kandidat doktor ekonoi Univ. Kebangsaan Malaysia), dan H.M. Ismail Yusanto, M.M. (Juru Bicara HTI). Acara ini disiarkan secara live ke seluruh dunia melalui audio dan video streaming yang bisa diakses di situs HTI. Umat Kristiani yang hadir tersebut berasal dari Forum Kristiani Pemimpin Muda Indonesia (FKPMI) Sumatera Utara. Anak-anak muda yang dipimpin oleh Bpk. Andreas Jonathan tersebut berjumlah 23 orang. Mereka hadir pagi-pagi sejak acara belum dimulai. Sesaat setelah hadir, mereka langsung menuju ke depan backdrop untuk berfoto bersama. Setelah itu mengambil posisi duduk di barisan terdepan. Kehadiran mereka di tengah-tengah ribuan peserta seminar yang memenuhi gedung, tentu cukup menarik perhatian. Karena peserta perempuan dari (FKPMI) Sumatera Utara itu tidak berkerudung. Dalam seminar ini, Ustadz Shiddiq menjelaskan bahwa demokrasi adalah sistem kufur yang berbahaya. Disebut sistem kufur, karena secara normatif sangat bertentangan dengan Aqidah Islam yang menetapkan hak membuat hukum hanya di tangan Allah SWT, bukan di tangan manusia. Demokrasi juga berbahaya, karena secara empiris terbukti menimbulkan banyak bahaya (dharar) bagi umat Islam, khususnya karena ide kebebasan demokrasi. Sementara itu, Ustadz Dwi Condro menjelaskan bahwa keterpurukan umat Islam salah satu sebabnya dikarenakan ulamanya jarang menjelaskan syariat Islam dimensi ketiga. Dimensi pertama adalah syariat yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, yaitu aqidah dan ibadah. Contohnya adalah sholat, zakat, haji, dan lain-lain. Dimensi kedua adalah syariat Islam yang mengatur hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri. Contohnya makan, minum, berpakaian. Dimensi ketiga adalah syariat Islam yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lain. Contohnya adalah sistem politik Islam, sistem ekonomi Islam, sistem pendidikan Islam, dan lain-lainnya. Kapan ulama yang sering khutbah di masjid menjelaskan tentang kufurnya sistem demokrasi? Justru yang sering adalah penjelasan tentang ibadah sholat, akhlaq saja. Walhasil, umat tidak pernah sadar tentang syariat Islam dimensi ketiga. Dalam sesi tanya jawab, Ustadz Ismail Yusanto menjelaskan jawabannya mengenai kekhawatiran umat Kristiani mengenai penerapan syariat Islam yang digagas HTI. Beberapa waktu yang lalu, ada dua wartawan majalah Kristen yang mewawancarai beliau. Mereka merasa menjadi representasi umat Kristiani yang khawatir terhadap gerak organisasi HTI. Kekhawatiran mereka ada lima. Pertama, umat Kristiani akan dipaksa masuk Islam. Dijawab tidak ada paksaan. Kedua, mereka akan dilarang minum minuman keras. Dijawab, kalau menurut agama anda (Kristen) memang diperbolehkan, maka silakan saja (tidak dilarang). Ketiga, tidak boleh makan babi. Dijawab kalau menurut agama Kristen memang boleh, maka silakan. Keempat, wanita Kristen akan dipaksa memakai jilbab. Dijawab, yang wajib memakai jilbab hanya wanita muslimah saja. Kelima, gereja-gereka akan dihancurkan. Dijawab, tidak. Bahkan dalam kondisi perang pun, gereja tidak boleh menjadi target untuk dihancurkan. Ustadz Ismail pun balik bertanya “Ada lagi yang dikhawatirkan?” Mereka bingung dan berpikir agak lama. Kemudian mereka bertanya lagi, apakah laki-laki Kristen akan dipaksa khitan. Dijawab, tidak dipaksa. Tapi kalau menurut dokter, khitan itu menyehatkan. Dua wartawan Kristen yang pada awalnya berwajah cemas itu pun akhirnya tersenyum-senyum. Ternyata, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari penerapan syariat Islam. Pada akhir acara, beberapa tokoh menyampaikan testimoni. Mereka menyatakan mendukung dakwah HTI. Sementara Bpk. Andreas Jonathan yang juga ikut memberikan testimoni menyatakan rasa terima kasihnya karena telah diundang menghadiri acara HTI. Ia menyatakan appreciate dengan konsep yang ditawarkan HTI, walaupun masih ada bagian-bagian yang memerlukan penjelasan lebih jauh. Oleh karena itu, ia mengajak diskusi dengan HTI. Baginya, dengan mengenal HTI membuat dirinya lebih memahami Islam dan para pengembannya. (www.syariahpublications.com) (edited by redaksi www.khilafah1924.org)

Kamis, 29 Juli 2010

Kehancuran Yahudi Dalam Al Qur an dan Al Hadits

Oleh : Achmad 'Abdul Ghaniy


Allah SWT berfirman dalam surat Al Israa ayat 4 -5 ::
وَقَضَيْنَا إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الْأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا
فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ أُولَاهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَنَا أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُوا خِلَالَ الدِّيَارِ وَكَانَ وَعْدًا مَفْعُولًا
“Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israildalam kitab itu “Sesungguhnya kamu (Bani Israil) akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan kamu pasti akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar. Maka apabila datang saat hukuman kejahatan yang pertama dari kejahatan itu, Kami mendatangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan besar, lalu mereka mencarimu keluar masuk kampung ke seluruh negeri. Dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana” .
Bila kita memperhatikan dua ayat tersebut maka kita akan mengetahui bahwa pengrusakan di muka bumi ini akan dilakukan oleh orang Yahudi sebanyak dua kali. Hanya saja muncul pertanyaan : apakah mereka sudah melakukannya sebelum ayat-ayat tersebut turun atau belum? Mengingat kedua ayat tersebut turunnya di Makkah, jauh sebelum kaum muslimin mempunyai kekuasaan dan kekuatan di Madinah.
Sejarah Kelam Yahudi
Menurut catatan sejarah, bangsa Yahudi telah berkali-kali mengalami kehancuran sebelum datangnya Islam dan sebelum turunnya ayat-ayat di atas. Mereka pernah menelan pil pahit yang nyaris merenggut keberadaan bangsa Yahudi di masa peradaban Babilonia dan Romawi, begitu pula yang dilakukan bangsa-bangsa lain sebelum Islam datang. Hal itu terjadi karena kesombongan dari mereka sendiri.
Sejak berlangsungnya diaspora (bercerainya kaum Yahudi ke seluruh penjuru dunia), mereka telah menjalani babakan sejarah yang amat pekat. Mereka bertebaran di muka bumi, hidup hanya mengandalkan belas kasihan bangsa-bangsa lain. Mereka tinggal di perkampungan tertutup yang dinamai ghetto. Akan tetapi mereka termasuk bangsa yang tidak tahu membalas budi, sehingga bangsa-bangsa yang menerima kehadirannya merasa gundah dan terancam. Keadaan tersebut membuahkan perasaan anti Yahudi yang menjalar ke seluruh penjuru dunia. Pengusiran, pengejaran, teror, dan pembunuhan menjadi warna hidup sehari-hari Yahudi. Kita mencatatnya, bagaimana di bawah kekuasaan Nebuchadznezar misalnya, bangsa Babilonia menumpas habis setiap orang Yahudi di wilayahnya. Begitu pula kejadian yang menimpa mereka pada abad VII M, yaitu ketika Romawi menggulung orang-orang Yahudi di atas bumi Romawi.
Dengan munculnya Kekhilafahan Islam, eksistensi mereka terselamatkan untuk sementara, padahal semua negara sudah memusuhi mereka. Namun demikian keadaan tersebut tidak berarti sikap, tabiat, dan sifat-sifat yang mejadi ciri khas bangsa Yahudi sejak dahulu itu hilang (berubah). Malah dengan terang-terangan mereka menyebarkan intrik politik dan sosial, keresahan ekonomi, dan berbagai macam racun masyarakat ke tengah-tengah kaum muslimin.
Persekongkolan Yahudi dengan para Imperialis Barat dan permusuhannya terhadap kaum muslimin berlanjut sepanjang sejarah, tidak pernah patah di tengah jalan, apalagi berhenti. Di awal abad ini bersama-sama kekuatan lain yang memusuhi Islam, mereka berjaya menggulingkan Kekhilafahan Islam di Istanbul, negara yang sebelumnya melindungi mereka dari kematian dan kepunahannya.
Tidak ada satu bangsapun di dunia ini mengalami penderitaan begitu lama dan penghinaan yang menginjak-injak martabat mereka sebagai manusia (penyiksaan yang teramat kejam) selain bangsa Yahudi. Tetapi pada dasarnya, perlakuan yang tidak simpatik dan tindakan lainnya yang dilakukan oleh setiap bangsa terhadap mereka tidak lain adalah merupakan akibat ulah mereka. Merekalah kaum yang berani mengatakan, “Sesungguhnya Allah itu fakir dan kami adalah kaum yang kaya” (QS. Ali Imran 181) dan, “Tangan Allah itu terbelenggu (kikir)” (QS. Al Maidah 64). Begitu murkanya Allah kepada mereka sehingga sebagian dari mereka dikutuk menjadi babi dan kera, sesuai firman Allah SWT:
“…yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka ada yang dijadikan kera dan babi…” (QS. Al Maidah 60, lihat pula QS. Al Baqarah 65).
“Maka, Kami lakukan terhadap mereka beberapa tindakan (melaknat dan mengutuk mereka) disebabkan mereka melanggar perjanjian itu dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah, serta mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar” (QS.An Nisaa’ 155)
“…lalu ditimpakanlah kepada mereka (kaum Yahudi) nista dan kehinaan, serta mereka mendapatkan kemurkaan dari Allah. Hal itu terjadi karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar…” (QS. Al Baqarah 61).
dan kehinaanpun akan meliputi mereka dimana-mana, firman Allah SWT:
“Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada,…dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah…” (QS. Ali Imran 112).
Kecuali bagi mereka yang kemudian masuk Islam dan memegang janji:
“…kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia…” (QS. Ali Imran 112).

Berdasarkan penjelasan diatas maka bukan hal yang perlu dipungkiri jika kesombongan dan kerusakan yang lebih besar lagi akan mereka ulangi di masa yang akan datang sampai akhirnya Allah SWT akan melenyapkan mereka dari permukaan bumi ini.
Kandungan Makna Surat Al Isra Ayat 4 -5
Apabila kita mendalami ayat-ayat tersebut di atas dengan cermat (dengan menggunakan kaidah Bahasa Arab), akan kita temukan bahwa kata tufsidunna dan ta’lunna merupakan bentukan fi’il mudhari’ (kata kerja yang berlaku untuk masa akan datang (pasti terjadi) atau sekarang), sedangkan ‘lam’ di awal kedua kata tersebut memastikan bahwa kata tersebut merupakan bentuk karta kerja akan datang (future) bukan sekarang (present). Dengan demikian, makna lafadz latufsidunna berarti ‘kamu pasti akan melakukan kerusakan’ dan lafadz lata’lunna berarti ‘kamu pasti akan melakukan kesombongan’. Lafadz ‘latufsidunna’ diberi penjelasan bahwa akan terjadi dua kali, sedangkan ‘lata’lunna’ mendapat penegasan dengan lafadz ‘ulluwan’ yaitu suatu kesombongan yang bersifat kabiiran (besar) dan ditambah lafadz ‘kabiiran’ itu sendiri; berarti kesombongan yang sangat besar. Kemudian ayat berikutnya disambung dengan lafadz ‘idzaa’ yang berarti ‘apabila’ dan ‘fa’ sebelumnya yang merupakan penghubung yang menunjukkan suatu kejadian yang terjadi segera setelah keadaan sebelumnya terpenuhi.
Dari pengertian bahasa, maka kita fahami bahwasa bangsa Yahudi akan melakukan kerusakan yang pertama setelah ayat tersebut turun. Kemudian disusul dengan penghancuran yang menimpa mereka tanpa menunggu waktu yang lebih lama (sesuai dengan kata hubung ‘fa’ tadi). Allah SWT melanjutkan firmanNya:
“Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan besar, lalu mereka mencarimu keluar-masuk kampung di seluruh negeri” (QS. Al Israa’ 5).
Lafadz ‘ibaadan lanaa’ yang berarti hamba-hamba Kami, merupakan suatu kehormatan bagi orang-orang tersebut yang akan menghancurkan hegemoni Yahudi. Siapakah sesungguhnya yang dimaksud hamba-hamba Kami? Tidak lain adalah kaum mu’minin, sekelompok kaum yang pantas mendapat predikat ‘ibaadan lanaa’, sebagaimana pernyataan ayat:
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
“Dan hamba-hamba Ar Rahmaan yang berjalan di muka bumi, (memiliki sifat) rendah hati dan apabila mereka ditegur sapa oleh orang-orang jahil, mereka mengucapkan selamat (salam)” (QS. Al Furqon 63).
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ …
“Katakanlah hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah … ” (QS. Az Zumar 53).
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ …
“Mahasuci Allah yang telah menjalankan hambaNya…” (QS. Al Israa’ 1).
Sudah barang tentu gelar kehormatan dan kemuliaan yang diberikan Allah SWT tersebut tidak sesuai dengan sifat-sifat bangsa Babilonia atau Romawi yang pernah menghancurkan bangsa Yahudi sebelumnya. Penghormatan dan kemuliaan itu lebih berhak disandang oleh Rasulullah SAW beserta para sahabatnya yang hijrah ke Madinah, negeri tempat kekuasaan, politik, dan ekonomi bangsa Yahudi waktu itu. Tak aneh apabila Rasulullah SAW pertama kali sampai di Madinah langsung menyusun resolusi dan perjanjian politik antara kaum muslimin dengan bangsa Yahudi.
Tetapi bangsa, yang telah mendapat laknat Allah, itu telah melanggar dan merusak perjanjian yang sebelumnya mereka sepakati. Oleh karena itu, Allah SWT mendatangkan kepada mereka hamba-hambaNya (kaum mu’minin) yang mempunyai kekuatan besar, lalu mencari Yahudi keluar masuk kampung ke seluruh pelosok negeri. Berakhirlah kedigjayaan, kepongahan, dan kekuasaan bangsa Yahudi di Madinah, Khaibar, dan kawasan Taima. Bahkan tidak kepalang tanggung, hancurlah seluruh pengaruh dan impian mereka untuk bercokol di bumi Arab. Maha benar Allah SWT dengan firmanNya:
هُوَ الَّذِي أَخْرَجَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مِنْ دِيَارِهِمْ لِأَوَّلِ الْحَشْرِ مَا ظَنَنْتُمْ أَنْ يَخْرُجُوا وَظَنُّوا أَنَّهُمْ مَانِعَتُهُمْ حُصُونُهُمْ مِنَ اللَّهِ …
“Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir dari ahli kitab itu dari negeri-negeri mereka pada waktu pengusiran yang pertama kali. Kamu tiada menyangka bahwa mereka akan keluar, dan merekapun yakin bahwa benteng-benteng mereka akan mampu mempertahankan mereka dari hukuman Allah…” (QS. Al Hasyr 2).
Pengusiran dan kehancuran Yahudi yang pertama mengakibatkan tersebarnya koloni-koloni mereka ke seluruh penjuru di masa Rasulullah SAW beserta sahabatnya masih hidup. Inilah rahasia lafadz terakhir ayat tadi (Al Israa’ 5), yaitu wa kaana wa’dan maf’uulaa yang berarti ‘dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana’.
Ayat berikutnya menggambarkan babakan kedua dari kesombongan dan kepongahan mereka:
ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا
“Kemudian kami berikan giliran padamu untuk mengalahkan mereka kembali, dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak (keturunan), dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar” (QS. Al Israa’ 6).
Ayat ini mengisyaratkan bahwasanya Allah SWT akan memberikan giliran kepada bangsa Yahudi untuk mengalahkan “mereka”. “Mereka” pada ayat ini berhubungan erat dengan ayat sebelumnya, yaitu orang yang pernah mengusir dan mengejar Yahudi keluar masuk kampung di seluruh negeri. Ayat ini diawali dengan lafadz tsumma yang berfungsi sebagai kata penghubung, yang menghubungkan kejadian pertama dan kejadian kedua dengan memberikan jeda (waktu atau kurun) yang agak lama. Berbeda dengan lafadz fa.
Mahabenar Allah SWT yang menunjukkan kepada kita saat ini Kebesaran dan KeagunganNya dengan mengukir kemenangan bangsa Yahudi atas kaum muslimin. Bangsa Yahudi berhasil membalas sakit hatinya dengan menduduki kembali negeri-negeri Syam dan Palestina, serta mengalahkan pengaruh kaum muslimin di wilayah itu.
Pada ayat di atas tercantum lafadz ‘al karrata’, yang dapat diartikan pula dengan ‘kekuasaan’, disambung dengan ‘dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak (keturunan), dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar’. Kebenaran ayat ini juga tak perlu disangsikan lagi, dengan melimpahnya bantuan ekonomi maupun politik terhadap bangsa Yahudi Israel serta dengan mengalir derasnya arus imigran Yahudi dari segala penjuru dunia ke bumi Palestina, tanpa bisa dicegah lagi oleh kaum muslimin. Kekuatan ekonomi dan militer Barat hampir seluruhnya berdiri di belakang Yahudi, sebagai konsekuensi bagi mereka yang telah melahirkan negara Israel pada tahun 1948. Karenanya, kesombongan dan kepongahan mereka pun meningkat, sesuai dengan derajat kesombongan kedua yang dilukiskan dalam Al Qur’an. Sejarah modern pun mencatat lembaran hitam kaum muslimin akibat ulah bangsa Yahudi.
Tanpa mengindahkan kekhawatiran dunia, bangsa Yahudi melompati batas-batas wilayahnya, menduduki kawasan lain yang dapat memeliharanya dari bencana dan kemarahan orang-orang Arab (baca: kaum muslimin), melakukan teror dan pembunuhan, perburuan dan penyiksaan yang belum pernah ditemui dalam sejarah kekejian manusia. Berapa banyak anak-anak kaum muslimin menjadi yatim piatu, wanita yang menjadi janda, orang tua kehilangan anak-anaknya, wanita yang direnggut kehormatannya, rumah-rumah milik kaum muslimin yang dihancurkan, tanah penduduk yang dirampas, tanpa ada balas budi atas kebaikan kaum muslimin di masa lampau terhadap mereka (di masa Kekhilafahan Turki Utsmani bangsa Yahudi kebanyakan menjadi Ahludz Dzimmah. Malahan dengan biadab mereka merusak dan membakar Masjidil Aqsha (tahun 1969), merobek-robek Kitab Suci Al Qur’an, dan membunuh jama’ah yang sedang melakukan shalat. Kalaulah kita ingin mencatat kebiadaban mereka, maka akan masih banyak lagi daftar panjang kebiadaban bangsa Yahudi terhadap kaum muslimin.
Benar, bahwasanya perbuatan biadab dan kekejian yang mereka lakukan, sesungguhnya hanyalah akan mempercepat datangnya siksaan dan hukuman Allah SWT sebagaimana yang telah dijanjikan dalam Al Qur’an:
فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآَخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا
“Dan apabila tiba saatnya hukuman bagi (kejahatan) yang kedua. (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-mukamu (Bani Israil), dan untuk memasuki masjid sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali yang pertama, dan untuk membinasakan habis-habisan apa saja yang mereka kuasai.” (QS. Al Israa’ 7).
Dalam ayat ini Allah SWT telah memastikan akan lenyapnya bangsa Yahudi dari permukaan bumi ini. Seperti ayat ke-5, Al Qur’an kembali menggunakan lafadz ‘fa’ bukan ‘tsumma’. ‘Fa’ menunjukkan ‘athaf’ yang berarti segera akan terjadi (bersusulan) begitu keadaan sebelumnya telah terpenuhi (terjadi).
Mahasuci Allah yang memberitahukan kepada kaum muslimin bahwasanya kita akan memasuki Masjidil Aqsha, sebagaimana dahulu (di masa pemerintahan Umar bin Khaththab RA yang menaklukan bumi Palestina). Lafadz ‘wa liyutabbiruu’ berarti kita (kaum muslimin) akan menghancurleburkan apa saja yang berembel-embelkan Yahudi. Dengan teramat indah, ayat tadi menjanjikan tentang kedua kejadian. Peristiwa pertama, telah dilakukan oleh pasukan kaum muslimin yang dipimpin Abu Ubaidah bin Jarrah RA. Sedangkan peristiwa kedua adalah penaklukan terakhir yang akan meluluhlantakkan bangsa Yahudi sampai kedasar-dasarnya tanpa sisa dengan kemenangan kaum muslimin yang gilang-gemilang.
Pada saat kehancuran Yahudi pertama kali, kaum muslimin sedang berada dalam keadaan yang dilukiskan oleh Al Qur’an sebagai ‘hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan besar’. Dengan demikian, maka lafadz ‘sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali yang pertama’, memiliki relevansi (hubungan) yang amat kuat dengan keadaan yang pernah terjadi sebelumnya. Dengan kata lain, kaum muslimin baru akan menghancurkan Yahudi pada kali yang kedua setelah memiliki kekuatan, setidak-tidaknya menyamai kekuatan dan kekuasaan kaum muslimin di masa sahabat RA.
Lalu, muncul dalam pikiran kita, apakah saat ini kaum muslimin mempunyai kekuatan? Kaum muslimin yang mana yang akan melakukannya? Apakah penguasa-penguasa kaum muslimin saat ini, yang menguasai negeri-negeri kaum muslimin, khususnya di kawasan Timur Tengah, yang akan menghancurkan kepongahan Yahudi? Jawabnya tentu saja tidak.
Memang kaum muslimin saat ini memiliki bilangan jumlah yang teramat besar, tetapi mereka ibarat macan kehilangan taringnya, ibarat sleeping giants, ibarat buih yang mengapung dan terombang-ambing di lautan. Dan para penguasanya duduk di atas buih-buih tadi dan diam dalam kelezatan dunia, mereka membiarkan saja kekejaman yang dilakukan Yahudi atas sesama saudara seaqidah mereka di Palestina, walaupun itu dilakukan di depan hidung mereka. Malah mereka menjerumuskan diri, rakyat, serta negeri mereka di bawah telapak kaki bangsa Yahudi.
Ayat Al Qur’an di atas juga menjanjikan bahwa yang akan mengalahkan bangsa Yahudi (berdasarkan relevansi tadi) adalah ‘ibadan lanaa’ yang memiliki sifat-sifat mulia. Sekarang, apakah kaum muslimin saat ini beserta para penguasanya telah memiliki sifat-sifat sebagaimana yang digambarkan dalam Al Qur’an? Anda semua bisa menjawabnya. Kenyataannya saat ini, sebagian besar umat hanyut dalam pesta pora. Gaya hidup pria-wanitanya yang nista. Apakah dari perempuan-perempuan liar seperti itu akan lahir generasi mujtahid dan mujahid yang kemudian akan menegakkan Islam?
Ketahuilah wahai saudaraku, bahwasanya kaum muslimin yang memiliki sifat-sifat mulia-lah yang akan mengalahkan bangsa Yahudi, dan mereka akan memperoleh kemenangan di bawah kekuasaan, kekuatan, dan naungan Daulah Islamiyyah (Khilafatan Raasyidatan alaa min haajin Nubuwah) yaitu Khilafah yang menerapkan Syari’at Islam secara keseluruhan. Hanya Daulah Islam yang menerapkan Syari’at Islam secara totalitas inilah, tentunya dengan izin Allah SWT, yang akan menghancurkan eksistensi bangsa Yahudi.
Pada akhir surat Al Israa’ terdapat ayat yang berhubungan dengan janji Allah ini:
وَقُلْنَا مِنْ بَعْدِهِ لِبَنِي إِسْرَائِيلَ اسْكُنُوا الْأَرْضَ فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآَخِرَةِ جِئْنَا بِكُمْ لَفِيفًا
”Dan Kami berfirman sesudah itu kepada Bani Israil: ‘Diamlah kamu di negeri ini’. Maka apabila telah datang janji terakhir, niscaya Kami datangkan kamu dalam keadaan bercampur baur.” (QS. Al Israa’ 104).
Lafadz ‘wa’dul akhirah’ yaitu ‘janji terakhir’ mengacu pada janji Allah tentang musnahnya bangsa Yahudi pada kehancurannya yang kedua pada ayat ke-7 surat yang sama. Lafadz ‘lafiifaa’ di akhir ayat di atas (QS. 17:104) berarti berkelompok-kelompok dan bercampur-baur. Ini melukiskan realita saat ini, tatkala imigran-imigran Yahudi dari segala penjuru dunia memasuki wilayah Palestina (terutama imigran Yahudi dari Rusia).
Kejadian demi kejadian berlalu, semakin hari semakin menambah dan mempertebal keyakinan kita akan datangnya kemenangan itu. Namun untuk mempercepat apa yang telah dijanjikan Allah SWT kepada kaum muslimin, maka hendaknya kita berhenti sejenak untuk berintrospeksi diri dengan tingkah polah kita, untuk merenungkan sejauh mana kita sebagai kaum muslimin telah berusaha mendekat menuju gambaran sifat-sifat ‘ibadan lanaa’. Lebih penting dari itu adalah sejauh mana kepedulian kita untuk membangkitkan umat ini dan sekaligus merubahnya menjadi suatu kekuatan yang maha dahsyat? Inilah salah satu syarat untuk mewujudkan kemenangan yang pasti diraih kaum muslimin.
Di samping ayat-ayat Al Quran tersebut, terdapat juga sabda-sabda Rasulullah SAW yag mempertegas hal itu, diantaranya :
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ فَيَقْتُلُهُمْ الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوْ الشَّجَرُ يَا مُسْلِمُ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ إِلَّا الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ
”Belum akan tiba kiamat sehingga kaum muslimin memerangi kaum Yahudi. Kemudian mereka akan diperangi oleh kaum muslimin sehingga batu dan pohon sampai berkata: ‘Hai kaum muslimin, wahai hamba Allah, inilah seorang Yahudi tersembunyi di belakangku, datangilah dan bunuhlah”. (Seluruh alam akan berkata begitu), kecuali pohon Al Gharghad. Sebab, sesungguhnya ia (pohon itu) tergolong pohon (simpatisan) kaum Yahudi”. (HR. Bukhari & Muslim dari Abu Hurairah).
Imam Bukhari dan Imam Muslim telah meriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

تُقَاتِلُونَ الْيَهُودَ حَتَّى يَخْتَبِيَ أَحَدُهُمْ وَرَاءَ الْحَجَرِ فَيَقُولُ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا يَهُودِيٌّ وَرَائِي فَاقْتُلْهُ

"Kalian akan memerangi bangsa Yahudi sampai seseorang di antara mereka bersembunyi di belakang batu. Maka batu itu berkata : Wahai hamba Allah, ini di belakangku ada Yahudi, bunuhlah !".

Dua riwayat di atas adalah riwayat paling kuat dan paling shahih yang di satu sisi menjelaskan pasti dan benar-benar nya kejadian perang melawan Yahudi, sedangkan di sisi lain menjelaskan tentang yakin (pasti)nya kemenangan di tangan kaum Muslimin.

Dalam dua nash di atas terdapat berbagai pentunjuk bagi kaum muslimin. Yang paling menonjol di antaranya adalah dua hal :

Pertama. Berkaitan dengan awalnya, yaitu perkataan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada para sahabat :"Kalian pasti akan memerangi (orang Yahudi). Sabda ini memberi petunjuk yang tegas bahwa masa depan hanya untuk Islam saja. Akan tetapi tentu Islam yang sesuai dengan manhaj Nubuwwah

Kedua. Berkaitan dengan akhirnya, yaitu sabda Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam ketika menceritakan perkataan pohon atau batu : "Wahai Muslim, wahai hamba Allah!". Kisah ini menunjukkan bahwa yang melakukannya adalah orang orang yang bergelar ”Ibad” yang betul-betul memiliki kesiapan untuk menegakkan syari'at Allah di muka bumi dan untuk memulai kehidupan baru dengan kehidupan Islami yang sesuai dengan pola kenabian.

Pelanggaran-pelanggaran Yahudi
Diantara pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan yahudi adalah pelanggaran kaum yahudi pada aspek akidah yaitu mereka banyak menyelewengkan ajaran yang telah mereka dapatkan dari Nabi Musa as. Dalam Al-Quran, surat al-Taubah, 30. Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putera Allah.” Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling? . Dari ayat ini nampak jelas bahwa orang-orang Yahudi telah menghina Allah, karena telah menyamakan Allah dengan makhluk-Nya. Padahal Allah SWT tidak beranak dan juga tidak diberanakkan, (QS 112:3). Dalam tafsir Al Marâghi dijelaskan bahwa ‘Uzair adalah seorang pendeta (kâhin) Yahudi, ia hidup sekitar 457 SM. Menurut kepercayaan orang-orang Yahudi ‘Uzair adalah orang yang telah mengumpulkan kembali wahyu-wahyu Allah di kitab At Taurat yang sudah hilang sebelum masa Nabi Sulaiman As. Sehingga segala sumber yang yang dijadikan rujukan utama adalah yang berasal dari ‘Uzair, karena menurut kaum Yahudi waktu itu ‘Uzair adalah satu-satunya sosok yang paling diagungkan, maka sebagian mereka akhirnya menisbatkan ‘uzair sebagai anak Allah. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa penyelewengan dalam masalah akidah merupakan tindakan yang sangat sesat, karena sekitar 1/3 dari kandungan Al-Quran menjelaskan tentang akidah/kepercayaan atas semua rukun iman yang harus diyakini oleh setiap manusia.
Dalam ayat lain Allah juga menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi juga berburuk sangka dan mencela Allah (QS 5:64) Orang-orang Yahudi berkata: “Tangan Allah terbelenggu”, sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dila’nat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan. Dalam Ayat ini semakin jelas bahwa orang-orang Yahudi telah menghina Allah, mereka mengatakan bahwa tangan (kekuasaan) Allah telah terbelenggu (dari kebaikan), mereka menganggap Allah bakhil. Sungguh sangat keji dan sombong sifat mereka yang berani menghina Allah. Padahal tangan mereka yang sebenarnya terbelenggu dari kebaikan dan lebih menyukai kebakhilan. Mereka tidak bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan kepada mereka, tetapi justru selalu kufur nikmat. Orang-orang yang demikian yang telah diancam oleh Allah dengan siksaan yang sangat pedih.
Al-Quran sering menggunakan sebutan Ahlul Kitab untuk kaum Yahudi, dan yang dimaksud Ahlul Kitab juga termasuk orang-orang Nasrani, jadi Ahlul Kitab adalah sebutan untuk orang-orang Yahudi dan Nasrani. Di antara beberapa surat dalam Al-Quran yang banyak menjelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kaum Yahudi adalah QS. Al Baqarah, Ali ‘imran, Al Maidah.
Keburukan Yahudi dalam Aspek Sosial
Ada satu topik yang diangkat dalam QS 3:75, Di antara Ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: “tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi. Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui. Allah telah menjelaskan sikap mereka yang sulit untuk bisa dipercaya, sebagaimana sifat orang munafik yang suka berbohong, khianat, dan ingkar janji. Selain itu mereka juga suka meremehkan kaum lain, seperti sikap Yahudi kepada bagsa Arab, pendapat ini diambil dari penafsiran yang menjelaskan maksud kata alummiyyîn adalah orang-orang arab. Dari Ayat ini kita bisa mengambil pelajaran yang sangat berarti yaitu untuk lebih berhati-hati dalam bermuamalah dengan mereka baik yang bersifat politik atau hubungan sosiala lainnya, agar kita bisa selamat dari tipu daya mereka.
Sudah menjadi sifat manusia untuk berbuat semena-mena, karena merasa paling hebat dan kuat, serta sombong. Begitu juga yang telah dilakukan kaum Yahudi, mereka suka membuat kerusakan di muka bumi dengan melakukan perang dan sejenisnya. Mari kita kembali bertadabbur pada akhir ayat (QS 5:64), Allah menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi akan selalu berbuat kerusakan di muka bumi, dalam ayat ini digunakan fi’il mudlari’ pada kata yas’auna, dalam ilmu balaghah penggunaan kalimat yang berbentuk mudlari’ memiliki arti istimrâr (terus menerus/berkelanjutan). Orang-orang Yahudi termasuk golongan yang suka membangkang perintah Allah. Apalagi terhadap ajakan kebaikan dari sesama manusia, pasti mereka lebih berani untuk menolak. Sekarang kita bisa melihat dengan mata kepala kita sendiri atas sikap mereka yang sudah tidak manusiawi. Dengan berdalih membela diri, mereka tanpa merasa berdosa telah membunuh lebih dari 1200 orang dan telah melukai lebih dari 4000 warga sipil yang tak berdosa. Resolusi PBB untuk gencatan senjata telah mereka abaikan, demonstrasi dari jutaaan manusia di seluruh penjuru dunia juga tidak didengarkan. Sungguh hati dan mata serta telinga mereka telah terkunci oleh kekufuran, sehingga mereka tak pernah menerima kebenaran walau mereka sebenarnya sering tahu bahwa mereka bersalah. Semakin jelas sifat munafik mereka, yaitu mereka suka melakukan kerusakan dimuka bumi, tetapi mereka tidak mengakui kelakuan mereka dan selalu berdalih bahwa yang dilakukannya adalah kebaikan.
Sikap Keras Yahudi pada Umat Islam
Ketika kita kembali mengingat sejarah orang-orang Yahudi yang suka membantah ajakan Nabi Muhammad Saw menuju jalan yang benar, maka kita bisa melihat betapa angkuh dan keras hati mereka. Kebencian mereka terhadap Islam tak akan pernah surut sampai kapan pun. Mereka tak akan pernah rela kepada umat Islam, sampai umat Islam mau mengikuti hawa nafsu mereka. Memang musuh Islam banyak (tak hanya Yahudi), bahkan orang yang beragama Islam yang munafik kepada agama Islam bisa menjadi musuh Islam juga. Namun, rasa permusuhan yang ada dalam hati para Yahudi lebih keras dan sadis dibanding dengan musuh-musuh yang lain.
Dalam QS 5:82, Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.” Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri. Dalam Tafsir Al Alûsi dijelaskan bahwa orang-orang Yahudi disifati oleh Allah sebagai asyaddannâs, karena kufur mereka yang sudah sangat berlebihan, serta kebiasaan mereka berbohong dan mengikuti hawa nafsu. Bahkan dikatakan juga bahwa dalam pandangan mereka wajib memerangi orang-orang yang kontroversi dengan keinginan mereka. Selain orang Yahudi juga orang-orang musyrik yang menjadi musuh yang sangat keras bagi umat Islam. Namun, dalam ayat ini orang-orang Yahudi lebih didahulukan (disebut terlebih dahulu) dari pada orang-orang musyrik, kenapa? Masih menurut Al Imam Al Alûsi dalam tafsirnya, orang-orang Yahudi disebut terlebih dahulu karena kebiasaan mereka yang lebih suka memusuhi dulu/mencari masalah, dalam pendapat lain dikatakan karena sifat kejelekannya lebih banyak dari pada yang lain.
Kita semua sekarang juga bisa melihat fakta kebencian mereka terhadap orang-orang Islam ada di Gaza yang secara otomatis umat Islam sedunia merasa ikut diperangi, karena melihat saudar-saudara mereka seagama telah dibantai. Bertahun-tahun Yahudi Israel menjajah, mengusir dan menyiksa rakyat Palestina. Berbagai macam kecaman telah mereka dapatkan dari mayoritas manusia di seluruh penjuru dunia, Ratusan ribu orang berdemonstrasi di negara-negara Eropa, puluhan ribu orang berdemonstrasi di negara-negara Arab dan Asia Tenggara untuk mengecam agresi militer Israel yang sangat didukung AS, tetapi mereka justru semakin gila meluncurkan serangan-serangan ke pemukiman warga Gaza. Yahudi Israel benar-benar telah telah melakukan kejahatan perang dengan menghancurkan tempat-tempat ibadah, sekolahan, kantor-kantor media massa, membunuh anak-anak serta membantai warga sipil. Israel dan Amerika menuduh Hamas adalah kelompok teroris yang harus dihancurkan, padahal Israel dan AS yang sebenarnya lebih pantas disebut Terosis. Banyak fakta-fakta yang kuat yang bisa dijadikan penguat atas hal ini, seperti pembunuhan ratusan ribu orang di Irak atas tuduhan senjata pemusnah masal/nuklir yang akhirnya tak bisa dibuktikan oleh George W. Bush, begitu juga pembantaian oleh tentara-tentara Israel kepada warga sipil di Gaza, Palestina. Sungguh sikap mereka sangat keji dan tidak manusiawi.
Sikap Yang Harus Dilakukan Kaum Muslimin
Berdasarkan uraian di atas maka jelas bagi kita bahwa watak orang yahudi adalah perusak di muka bumi ini. Oleh karena itu maka kaum muslimin tidak boleh tinggal diam dalam menyaksikan kesombongan yahudi. Kaum muslimin harus menghadapinya dengan tegas dan keras karena yahudi adalah bangsa yang hanya mengenal bahasa ketegasan. Hanya saja kita tidak akan bisa menghadapi mereka kalau centang perenang seperti saat ini. Kita harus bersatu dalam artian yang hakiki yaitu persatuan yang diikat dengan kesamaan aqidah. Persatuan yang melewati batas suku atau bangsa yaitu persatuan yang dipimpin oleh seorang Khalifah yang kelak akan menjadi Hamba-hamba Allah yang mempunyai kekuatan besar untuk menghadapi kejahatan yahudi.
Dengan demikian berusaha untuk menegakkan kekhilafahan adalah aktivitas paling utama pada saat ini karena adanya kekhalifahan adalah solusi tuntas dalam menghadapi kejahatan yahudi dan juga akan mampu untuk menyelesaikan seluruh persoalan kaum muslimin.
Semoga Kaum Muslimin dijadikan hamba-hamba Allah yang kuat imannya, utuh pelaksanaan syari’atnya, gigih dalam perjuangan menegakkan Kalimah Allah di bawah naungan Khilafah ’Ala Minhajin Nubuwwah. Amin Ya Robbal ’Alamin.

Kamis, 22 Juli 2010

REFLEKSI HARI ANAK 2010 : SELAMATKAN ANAK INDONESIA DENGAN SYARIAH..................

REFLEKSI HARI ANAK 2010 : SELAMATKAN ANAK INDONESIA DENGAN SYARIAH..................
Setiap tahun, pemerintah mengajak semua komponen bangsa memperingati Hari Anak Nasional yang jatuh pada tanggal 23 Juli. Namun yang menjadi pertanyaan, cukupkah Hari Anak Nasional tahun 2010 ini hanya diperingati dengan berbagai acara seremoni saja ? Kenyataannya sampai saat ini anak-anak Indonesia belum semuanya bisa hidup bahagia dan memiliki harapan dan cita-cita. Sebagian dari mereka masih hidup dalam suasana memprihatinkan, penuh kesedihan, jauh dari hak-hak anak yang seharusnya mereka terima.
Tahun 2010 ini berapa banyak anak yang mendapat tindakan kekerasan dari orang-orang yang notabene adalah orang tuanya sendiri. Berita anak-anak kurang gizi karena kehidupan mereka yang miskin masih menjadi sorotan utama. Anak-anak yang putus sekolah lalu menjadi anak-anak jalanan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Belum lagi banyak anak-anak yang terkena penyakit berat yang akhirnya meninggal karena ketiadaan biaya untuk berobat. Yang sangat mengkhawatirkan adalah serbuan budaya hedonis dan liberal yang akhir-akhir ini sangat massif. Dampaknya sangat buruk bagi perkembangan psikologis, mental dan jiwa mereka.
Kenyataan berbicara bahwa anak adalah aset masa depan. Tidak hanya aset bagi orang tuanya namun juga aset bangsa ini. Sebab masa depan Indonesia yang akan datang tergantung dengan kondisi generasinya. Sistem kapitalis sekuler yang menguasai Indonesia sampai hari ini telah menciptakan kondisi buruk bagi perkembangan kejiwaan dan perilaku anak. Banyak anak-anak yang tergadaikan hak-haknya karena kelalaian keluarga yang tidak mengerti bagaimana memenuhi hak anak-anak. Juga masyarakat yang sangat abai dengan lingkungan bersosialisasi anak. Sementara di sisi lain negara juga tidak peduli dengan jaminan pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan mereka.
Permasalahan anak-anak hanya dapat selesai jika sistem sekuler diganti dengan sistem Islam. Terbukti bahwa hanya sistem Islamlah yang mampu mewujudkan anak-anak berkualitas unggul. Mampu menciptakan anak-anak yang bahagia dan sejahtera. Sebab sistem Islam mengharuskan semua komponen baik keluarga, masyarakat dan negara bersinergi aktif dalam mewujudkan anak-anak yang bermartabat.

Doa Cinta Ibu Pada Anaknya

Ya Ghaffar, ya Rahim
Kau letakkan di rahim kami anak-anak ini
Kau amanatkan diri-diri mereka pada lindungan kasih-sayang kami
kau percayakan jiwa-jiwa mereka pada bimbingan ruhani kami
Kau hangatkan tubuh-tubuh mereka dengan dekapan cinta kami
Kau besarkan badan-badan mereka dengan aliran air susu kami
Tuhan kami, kami telah sia-siakan kepercayaan-Mu
kesibukan telah menyebabkan kami melupakan amanat-Mu
hawa nafsu telah menyeret kami untuk menelantarkan buah hati kami
tidak sempat kami gerakkan bibir-bibir mereka untuk berzikir kepada-Mu
tidak sempat kami tuntun mereka untuk membesarkan asma-Mu
tidak sempat kami tanamkan dalam hati mereka kecintaan kepada Nabi-Mu
Kami berlomba mengejar status dan kebanggaan
meninggalkan anak-anak kami dalam kekosongan dan kesepian
Kami memoles wajah-wajah kami dengan kepalsuan
membiarkan anak-anak kami meronta dalam kebisuan
Kami terlena memburu kesenangan
sehingga tak kami dengar lagi mereka menangis manja
sambil memandang kami dengan pandangan cinta seperti dulu,
ketika mereka mengeringkan air mata mereka dalam kehangatan dada-dada kami
Dosa-dosa kami telah membuat anak-anak kami menjadi pemberang, pembangkang,
dan penentang-Mu
Dosa-dosa kami telah membuat hati mereka keras, kasar, kejam, dan tidak tahu berterima kasih
Sebelum Engkau ampuni mereka, Ya Allah ampunilah lebih dahulu dosa-dosa kami
Ya Allah, berilah kami peluang untuk mendekap tubuh mereka dengan dekapan kasih sayang kami
berilah kami waktu untuk melantunkan pada telinga mereka ayat-ayat Al quran dan Sunnah Nabi-Mu
Berilah kami kesempatan untuk sering menghadap-Mu
dan memohon kepada-Mu seusai shalat kami
untuk keselamatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan anak-anak kami
Bangunkan kami di tengah malam untuk merintih kepada-Mu
mengadukan derita dan petaka yang menimpa anak-anak negeri ini.
Izinkan kami membasahi tempat sujud kami dengan air mata penyesalan akan
kelalaian kami
Ya Allah, ya Jabbar, ya Ghaffar
Anugerahkan kepada kami para pemimpin kami kearifan
untuk mendidik anak-anak negeri ini dalam keshalihan
Berikan kepada mereka petunjuk-Mu
sehingga mereka menjadi suri teladan bagi kami dan anak-anak kami
Limpahkan kepada mereka perlindungan-Mu
supaya mereka melindungi kami dengan keadilan-Mu
Jauhkan mereka dari kezaliman sehingga kami dapat mengabdi-Mu dengan tenteram dan aman
Ya Rahman, ya Rahim
Indahkan kehidupan kami dengan kesalehan anak-anak kami
Peliharalah anak-anak kami yang kecil
Kuatkanlah anak-anak kami yang lemah
Sucikan kalbu mereka
Bersihkan kehormatan mereka
Sehatkan badan mereka
Cerdaskan akal mereka
Indahkan akhlak mereka
Gabungkanlah mereka bersama orang-orang yang bertakwa kepada-Mu
yang mencintai Nabi-Mu, keluarganya yang suci, dan sahabatnya yang mulia
yang berbakti kepada orang tuanya yang bermanfaat kepada agamanya
yang berkhidmat kepada sesama manusia
Wahai Zat yang nama-Nya menjadi pengobat
yang sebutan-Nya penyembuhan
yang ketaatan-Nya kecukupan sayangi kami
yang modalnya hanya harapan
dan senjatanya hanya tangisan
Maka kabulkanlah doa kami, amiin

Rabu, 21 Juli 2010

Nasihat Rosulullah Menjelang Datangnya Ramadhon

Wahai manusia!

Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah (yakni Ramadhan),
dengan membawa berkah, rahmat dan maghfirah.
Bulan yang paling mulia di sisi Allah.
Hari-hari yang paling utama.
Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama.

Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya.
Di bulan Ramadhan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih,
tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan do’a-do’amu diijabah.

Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar
Allah membim-bingmu untuk melakukan shaum dan membaca kitabnya.

Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini.
Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu kini ...,
ketika kelaparan dan kehausan akan menjelang kamu di hari kiamat.

Bersedakahlah kepada kaum fuqoro dan masakin.
Muliakanlah orang tuamu,
sayangilah mereka yang muda,
hormatilah orang yang tua-tua....,
sambungkanlah tali persaudaraanmu,

jagalah lidahmu ...,
tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya
dan jagalah pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya.

Kasihanilah anak-anak yatim,
niscaya dikasihani oleh manusia anak-anak yatimmu.

Bertaubatlah kepada Allah dari segala dosa-dosamu.
Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdo’a pada waktu shalatmu,
karena di situlah saat-saat yang paling utama ...
ketika Allah azza wa jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih ...,

Di kala Allah Ta'ala menjawab mereka yang menyeru-Nya,
di kala Allah menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya
di kala Allah mengabulkan do’a mereka ketika mereka berdo’a kepada-Nya.

Wahai manusia!

Barangsiapa di antaramu memberi perbukaan (ketika datang masanya berbuka) ..
kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini,
maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak
dan dia akan diberi keampunan atas dosa-dosanya yang telah lalu.

Sahabat-sahabat lain bertanya:
“Ya Rasulullah tidaklah kami semua mampu berbuat demikian.”

Rasulullah meneruskan:
jagalah dirimu dari api neraka
walaupun hanya dengan memberikan perbukaan dengan sebiji kurma.

Jagalah dirimu dari api neraka
walaupun hanya dengan memberikan seteguk air.

Wahai manusia!

Siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini ...
akan berhasil melewati sirathul mustaqim ...
pada suatu hari ketika kaki-kaki banyak tergelincir.
Siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dipunyai tangan kanannya
yakni pegawai atau pembantu-pembantunya di bulan ini,
Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari kiamat.

Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini,
Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia bersua dengan-Nya.

Barangsiapa memuliakan anak yatim di bulan ini,
Alllah akan memuliakannya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.

Barangsiapa menyambungkan tali persaudaraan (silaturrahmi) di bulan ini,
Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.

Barangsiapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini,
Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia akan berjumpa dengan-Nya.

Barangsiapa melakukan shalat sunnah di bulan ini,
Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka.

Barangsiapa melakukan shalat fardhu...
baginya ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardhu di bulan lain.

Barangsipa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini,
Allah akan memberatkan timbangnnya
pada hari ketika timbangan meringan.

Barangsiapa di bulan ini membaca satu ayat al-Qur’an,
ganjarannya sama dengan mengkhatamkan al-Qur’an pada bulan-bulan yang lain.

Wahai manusia!

Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagi-mu,
maka mintalah kepada Rabbmu agar tidak pernah menutupkannya bagimu.

Pintu-pintu neraka tertutup,
maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu.

Setan-setan terbelenggu,
maka mintalah agar ia tidak lagi pernah menguasaimu.

Amirul Mukminin berkata:
“Aku berdiri dan berkata:
Ya Rasullullah apa amal yang paling utama di bulan ini?
jawab Nabi: Ya Abal Hasan amal yang paling utama di bulan ini adalah
menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah.”

Demikian beberapa butiran hikmah dari pesan-pesan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
di antaranya dari hadist Khuzaiymah ...

Moga kita dapat memasuki Ramadhan tahun ini
dengan lebih baik dan lebih sempurna...
dari Ramadhan yang telah kita lalui pada masa-masa sebelaumnya ...
Amin..

Pemuda Islam : Think About Palestine Not Valentine

Oleh Najmah Jauhariyyah (Pegiat Sosial Media Bengkulu) Manusia adalah makhluk yang mampu berfikir.  Dengan berfikir manusia menjadi makhlu...