Pada tanggal 31 Desember 2017 telah diadakan Temu Tokoh
Peduli Umat Bengkulu dengan mengambil tema Risalah Akhir Tahun : “Memburu Islam
Politik, Menghadang Kebangkitan Umat”.
Tahun 2017 diwarnai oleh berbagai peristiwa politik penting
yang mempengaruhi pemikiran dan perasaan umat. Kesadaran umat untuk kembali
kepada Islam politik terlihat event akbar 212.
Pembicara I, Ibu Fitri Andusti yang membawakan materi dengan tema
“Narasi Politik Identitas, Memburu Islam Politik”mengurai bahwa sejak event
akbar 212 yang berujung pada kekalahan Ahok, muncul berbagai tuduhan sesat dan
menyesatkan kepada umat Islam dengan klimaks terbitnya perpu ormas. Perpu ini menjadi alat penguasa untuk
membungkam ormas-ormas yang dinilai kritis terhadap kebijakan penguasa. Sejak
itu Islam politik dianggap sebagai
gerakan radikal, ekstrimis dan anti pancasila/NKRI. Kebangkitan umat yang mulai
muncul dihalangi dengan berbagai upaya sistematis. Salah satunya melalui gerakan Islam moderat.
Gerakan Islam moderat ini telah menghalangi upaya umat untuk kembali bangkit
dan bersatu.
Pada sesi materi 2, Ibu Elis Anisah menyampaikan tema “Islam
Moderat, Penghalang Persatuan Umat”. Beliau mengurai panjang lebar tentang
bahaya Islam moderat. Islam moderat
merupakan bentukan barat sebagai upaya untuk menghalangi kebangkitan Islam.
Dalam dokumen Rand Corporation dijelaskan bahwa barat membagi umat Islam
menjadi 4 golongan yaitu kelompok radikal, kelompok moderat, kelompok
tradisional dan kelompok sekuler.
Keempat kelompok ini saling di adu domba oleh barat. Barat mengangkat
dan mendukung kelompok moderat yang membawa nilai-nilai kebebasan barat dan
menjatuhkan dengan tuduhan keji, kelompok yang di stigma radikal. Padahal
kelompok ini adalah kelompok yang serius memperjuangkan penerapan Islam secara
kaafah. Sebagai kesimpulan, pembicara mengajak peserta untuk untuk terus berjuang menerapkan
Islam kaafah agar persatuan dan kebangkitan umat segera terwujud dalam bingkai
Khilafah Islamiyah.
Acara yang diselenggarakan di Rumah Makan Bakakak ini
dihadiri tidak kurang dari 22 tokoh perempuan dari kalangan mubalighoh, ormas,
intelektual dan aktivis kampus. Para peserta terlihat antusias mengikuti
rangkaian acara dan mereka aktif
berpartisipasi memberikan pertanyaan.