Untuk menyemarakkan gaung Syariah dan Khilafah di propinsi Bengkulu, MHTI Bengkulu kembali mengadakan Kajian Bulanan Cermin Wanita Sholihah (KCWS) yang kali ini mengangkat tema “Mewujudkan Generasi Berkualitas Yang Cerdas dan Bertaqwa”. Acara ini diselenggarakan pada hari minggu tanggal 25 November 2012 bertempat di Masjid Baitul Hikmah Karbela Kota Bengkulu. Acara ini menghadirkan pembicara Ustadzah Drg. Wardah Samanhudi sebagai narasumber. Beliau adalah aktivis MHTI DPD I Bengkulu. Sebelum paparan materi, ditayangkan film yang menggambarkan tentang penghancuran generasi yang terjadi di Gaza Palestina melalui invasi dengan target genosida anak-anak dan pemuda Gaza. Disusul oleh tayangan penghancuran generasi di Indonesia melalui serangan liberalisasi. Peserta banyak yang terkesima dengan tayangan ini. Bahkan sesudah tayangan, pembawa acara tak kuat menahan air mata. Materi dimulai dengan menggambarkan sosok-sosok generasi berkualitas di masa kejayaan Islam. Sosok -sosok istimewa ini lahir berkat kesempurnaan sistem pendidikan di masa Khilafah Islamiyah sebagai cermin kejayaan Islam. Sosok generasi yang berbeda terjadi di masa kemunduran Islam tanpa sistem Khilafah. Serangan sekulerisme dan liberalisme telah menjadikan generasi umat Islam menjadi sosok yang rapuh, hedonis dan individualis jauh dari generasi berkarakter pemimpin masa depan dambaan umat. Inilah yang menjadi salah satu persoalan umat. Umat membutuhkan generasi-generasi berkepribadian Islam, menguasai saintek dan ilmu-ilmu kehidupan serta peduli terhadap nasib umat. Generasi pemimpin inilah yang didambakan umat untuk meraih kembali kedudukannya sebagai khairu ummah (umat terbaik). Untuk mewujudkan generasi cerdas yang berjiwa pemimpin perlu ada perubahan mendasar pada paradigma pendidikan. Sistem pendidikan yang berbasis sekuler harus diganti dengan sistem pendidikan berbasis aqidah Islam. Selain itu upaya mencetak generasi pemimpin membutuhkan sinergi antara orangtua/keluarga, masyarakat dan negara. Keterpaduan antara paradigma pendidikan dan sinergi 3 elemen mutlak memerlukan payung institusi negara Khilafah sebagai pelindung generasi dari bahaya-bahaya yang mengintai dan merusak tumbuh kembangnya. Acara ini mendapatkan respon yang baik dari peserta. Salah seorang peserta mengungkapkan bahwa kajian ini sangat menarik bagi semua umat Islam yang mendambakan generasi berkualitas seperti masa para sahabat dahulu. Namun saat ini banyak sekali hal-hal yang merusak pemikiran, kejiwaan maupun mental generasi. Melalui media massa, generasi dicekoki dengan pergaulan bebas, pornografi,kekerasan dll. Bagaimana upaya kita saat ini untuk mencegah pengaruh negatif itu ? Pertanyaan tersebut dijawab oleh pembicara bahwa sekalipun keluarga/orang tua berperan penting dalam memberikan keteladanan dan pendidikan pembinaan yang pertama dan utama, namun peran lingkungan dan sistem tak bisa diabaikan begitu saja. Oleh karena itu umat Islam harus melakukan perubahan sistem dari sistem sekular menjadi sistem Islam melalui aktivitas amar ma’ruf nahi munkar dan aktivitas muhasabah kepada pemerintah. Lebih lagi umat Islam harus berjuang bersama mewujudkan tegaknya daulah Khilafah sebagai benteng pelindung generasi. Acara ini dihadiri tidak kurang dari 30 orang peserta yang berasal dari perwakilan majelis taklim yang ada di Kota Bengkulu dan juga kalangan mahasiswa dan pelajar. Dalam sambutannya ketua MHTI Bengkulu, Ustadzah Indah Kartika, SP mengatakan bahwa sesuai namanya, kajian ini diharapkan menjadi cermin bagi muslimah Bengkulu untuk menjadi muslimah sholihah yang lebih baik dari waktu ke waktu. Lebih dari itu MHTI Bengkulu akan senantiasa merespon setiap permasalahan umat khususnya yang terkait dengan keluarga, perempuan dan generasi di Propinsi Bengkulu. Semua permasalahan tersebut akan distandarisasi dengan syariat Islam yang pelaksanaannya memerlukan sebuah institusi Khilafah Islamiyah. MHTI Bengkulu mengajak seluruh komponen umat Islam khususnya muslimah untuk terlibat aktif dalam mewujudkan negara Khilafah. (By Intishorul Ummah)
Dari rumahlah harapan dan cita-cita bermula... Menuju pribadi yang unggul, keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah, masyarakat yang beradab dan negara penuh berkah di bawah naungan cahaya Ilahi...
Selasa, 27 November 2012
REPORTASE AGENDA PUBLIK BULAN NOVEMBER MHTI BENGKULU
Untuk menyemarakkan gaung Syariah dan Khilafah di propinsi Bengkulu, MHTI Bengkulu kembali mengadakan Kajian Bulanan Cermin Wanita Sholihah (KCWS) yang kali ini mengangkat tema “Mewujudkan Generasi Berkualitas Yang Cerdas dan Bertaqwa”. Acara ini diselenggarakan pada hari minggu tanggal 25 November 2012 bertempat di Masjid Baitul Hikmah Karbela Kota Bengkulu. Acara ini menghadirkan pembicara Ustadzah Drg. Wardah Samanhudi sebagai narasumber. Beliau adalah aktivis MHTI DPD I Bengkulu. Sebelum paparan materi, ditayangkan film yang menggambarkan tentang penghancuran generasi yang terjadi di Gaza Palestina melalui invasi dengan target genosida anak-anak dan pemuda Gaza. Disusul oleh tayangan penghancuran generasi di Indonesia melalui serangan liberalisasi. Peserta banyak yang terkesima dengan tayangan ini. Bahkan sesudah tayangan, pembawa acara tak kuat menahan air mata. Materi dimulai dengan menggambarkan sosok-sosok generasi berkualitas di masa kejayaan Islam. Sosok -sosok istimewa ini lahir berkat kesempurnaan sistem pendidikan di masa Khilafah Islamiyah sebagai cermin kejayaan Islam. Sosok generasi yang berbeda terjadi di masa kemunduran Islam tanpa sistem Khilafah. Serangan sekulerisme dan liberalisme telah menjadikan generasi umat Islam menjadi sosok yang rapuh, hedonis dan individualis jauh dari generasi berkarakter pemimpin masa depan dambaan umat. Inilah yang menjadi salah satu persoalan umat. Umat membutuhkan generasi-generasi berkepribadian Islam, menguasai saintek dan ilmu-ilmu kehidupan serta peduli terhadap nasib umat. Generasi pemimpin inilah yang didambakan umat untuk meraih kembali kedudukannya sebagai khairu ummah (umat terbaik). Untuk mewujudkan generasi cerdas yang berjiwa pemimpin perlu ada perubahan mendasar pada paradigma pendidikan. Sistem pendidikan yang berbasis sekuler harus diganti dengan sistem pendidikan berbasis aqidah Islam. Selain itu upaya mencetak generasi pemimpin membutuhkan sinergi antara orangtua/keluarga, masyarakat dan negara. Keterpaduan antara paradigma pendidikan dan sinergi 3 elemen mutlak memerlukan payung institusi negara Khilafah sebagai pelindung generasi dari bahaya-bahaya yang mengintai dan merusak tumbuh kembangnya. Acara ini mendapatkan respon yang baik dari peserta. Salah seorang peserta mengungkapkan bahwa kajian ini sangat menarik bagi semua umat Islam yang mendambakan generasi berkualitas seperti masa para sahabat dahulu. Namun saat ini banyak sekali hal-hal yang merusak pemikiran, kejiwaan maupun mental generasi. Melalui media massa, generasi dicekoki dengan pergaulan bebas, pornografi,kekerasan dll. Bagaimana upaya kita saat ini untuk mencegah pengaruh negatif itu ? Pertanyaan tersebut dijawab oleh pembicara bahwa sekalipun keluarga/orang tua berperan penting dalam memberikan keteladanan dan pendidikan pembinaan yang pertama dan utama, namun peran lingkungan dan sistem tak bisa diabaikan begitu saja. Oleh karena itu umat Islam harus melakukan perubahan sistem dari sistem sekular menjadi sistem Islam melalui aktivitas amar ma’ruf nahi munkar dan aktivitas muhasabah kepada pemerintah. Lebih lagi umat Islam harus berjuang bersama mewujudkan tegaknya daulah Khilafah sebagai benteng pelindung generasi. Acara ini dihadiri tidak kurang dari 30 orang peserta yang berasal dari perwakilan majelis taklim yang ada di Kota Bengkulu dan juga kalangan mahasiswa dan pelajar. Dalam sambutannya ketua MHTI Bengkulu, Ustadzah Indah Kartika, SP mengatakan bahwa sesuai namanya, kajian ini diharapkan menjadi cermin bagi muslimah Bengkulu untuk menjadi muslimah sholihah yang lebih baik dari waktu ke waktu. Lebih dari itu MHTI Bengkulu akan senantiasa merespon setiap permasalahan umat khususnya yang terkait dengan keluarga, perempuan dan generasi di Propinsi Bengkulu. Semua permasalahan tersebut akan distandarisasi dengan syariat Islam yang pelaksanaannya memerlukan sebuah institusi Khilafah Islamiyah. MHTI Bengkulu mengajak seluruh komponen umat Islam khususnya muslimah untuk terlibat aktif dalam mewujudkan negara Khilafah. (By Intishorul Ummah)
OPINI NOVEMBER 2012
SAATNYA WUJUDKAN
GENERASI BERENCANA (GENRE)
YANG SMART
DAN BERTAQWA
Dunia pendidikan kembali tercoreng oleh
ulah nakal sekelompok remaja yang mempertontonkan adegan kekerasan secara nyata
di depan khalayak ramai. Tak
tanggung-tanggung, peristiwa tawuran antar pelajar ini memakan korban jiwa.
Menurut catatan Polda Metro Jaya, sejak Januari hingga September 2012 tercatat
ada 11 kejadian tawuran antar pelajar dengan 5 korban tewas. Ironisnya salah
satu pelajar yang terlibat aksi tawuran merupakan pelajar yang memiliki
prestasi akademik. Budaya tawuran
ternyata tidak hanya tumbuh subur di kota-kota besar. Namun ibarat penyakit, ternyata menular pula hingga pelosok
daerah. Di Kabupaten Rejang Lebong
Propinsi Bengkulu, tawuran antar pelajar dipicu hanya karena masalah sepele.
Padahal beberapa hari sebelumnya, para
pelajar kota tersebut sudah mengadakan
Deklarasi Anti Tawuran dan Anti Narkoba. Tawuran, itulah jawaban tuntas
dalam menyelesaikan sengketa antar pelajar.
Emosi yang meluap-luap, kemarahan yang memuncak, senjata yang bermain
akhirnya nyawa pun melayang. Inilah potret generasi preman, pribadi pencinta
kekerasan.
Kenakalan remaja juga memicu tingginya
angka penderita HIV/AIDS. Di Propinsi
Bengkulu angka penderita HIV/AIDS hampir mendekati angka 500 orang. Ditengarai, 60 % penyebab tingginya penderita
HIV/AIDS di Bengkulu karena pergaulan bebas dan penggunaan narkoba di kalangan
generasi muda.
Kenakalan remaja yang semakin merebak
ini menunjukkan adanya ketidakberesan
pada mental generasi muda bangsa ini. Adakah yang salah dengan dunia
pendidikan saat ini ? Bisa jadi para pelajar menganggap sekolah bukan lagi
sebagai tempat belajar dan menuntut ilmu untuk meraih masa depan yang lebih baik.
Dalam benak mereka, sekolah hanya sekedar tempat berkumpul dengan
teman-temannya atau hanya sebatas tempat menghilangkan kepenatan di rumah.
Tidak ada lagi sopan santun dan hormat kepada guru apalagi takut dengan
peraturan sekolah. Buktinya beberapa
kasus kenakalan remaja justru terjadi di saat mereka masih mengenakan seragam
sekolah. Melihat fenomena di atas, seberapa efektifkah peran pendidikan di sekolah dalam membentuk kepribadian anak didik
?
Sekolah sebagai institusi pendidikan
seharusnya mampu menghasilkan anak didik yang berkepribadian baik sesuai Islam.
Namun kenyataannya sistem pendidikan sekuler kapitalistik telah menyita
sebagian besar waktu pelajar untuk lebih fokus pada target mengejar kurikulum
dan penguasaan saintek. Pada saat yang
sama para pelajar secara sistematik telah mengabaikan pembentukan
kepribadiannya. Apalagi pendidikan agama
di sekolah umum sangat minim hanya 2 jam pelajaran perminggu. Hasilnya,
walaupun mereka bersekolah dan berprestasi akademik, tapi jiwa mereka kosong
dari nilai-nilai spiritual. Mental mereka
lemah, gampang emosi, mudah depresi, cuek dengan lingkungan dan kehilangan rasa
malu. Peristiwa kesurupan massal yang
banyak terjadi di sekolah-sekolah membuktikan kosongnya jiwa mereka dari
nilai-nilai Ilahiyah.
Fakta deretan kasus kenakalan remaja
mulai dari tawuran, narkoba, miras, geng motor hingga pergaulan bebas merupakan
alasan kuat bahwa sekolah merupakan pihak yang paling bertanggung jawab
terhadap kerusakan moral pelajar. Dan
kuat alasan pula bahwa sistem pendidikan saat ini telah gagal mewujudkan
kesholihan pada anak didik.
Lalu tidakkah ada upaya pihak sekolah
untuk memperbaiki semua ini ? Sebab
dengan semua kondisi ini sudah terbayang bagaimana nasib bangsa ini di kemudian
hari. Kehilangan generasi yang diharapkan
sebagai pemimpin umat dan bangsa di masa depan.
Pihak sekolah yang menyadari minimnya
pendidikan agama, mencari solusi melalui diselenggarakannya ekstrakulikuler
kerohanian Islam (ROHIS). Lembaga ROHIS
ini diharapkan sekolah sebagai alternatif
terbaik bagi pelajar untuk mengenal ajaran Islam secara lengkap. Pengenalan aqidah, ibadah, akhlak, pakaian
dan muamalah termasuk pergaulan ditanamkan lewat program mentoring/pengajian. Hasilnya cukup menggembirakan. Para pelajar yang menjadi aktivis ROHIS
umumnya adalah pelajar yang menyejukkan mata karena kesholihannya. Namun ROHIS terlanjur dianggap tidak mewakili
dunia remaja karena hanya membicarakan agama saja dan banyak peraturan yang
dianggap mengekang. Akhirnya tidak banyak pelajar yang memilih ROHIS sebagai
ekstrakulikuler pilihan. Mereka lebih
tertarik kepada ekskul yang dianggap mewakili dunia remaja seperti seni dan
olahraga. Ditambah lagi saat ini, media
massa kerap kali memberitakan pencitraan negatif terhadap ROHIS karena dianggap
sebagai basis kaderisasi calon teroris. Sebuah upaya yang mengada-ada untuk
menjatuhkan citra ROHIS. Alhasil banyak orang tua yang lebih khawatir anaknya
aktif di ROHIS daripada aktif di ekskul selain ROHIS. Walaupun mereka sebenarnya tahu bahwa ROHIS
tidak mungkin mengajarkan kekerasan dan
melakukan kegiatan-kegiatan negatif.
Namun itulah opini media yang mampu membalik kenyataan sesungguhnya.
Di tengah-tengah ketidakmampuan sistem
pendidikan dan sekolah dalam melahirkan generasi berkualitas, slogan GENRE
(Generasi Berencana) yang gencar dikampanyekan ibarat secercah harapan. GENRE tentunya adalah sosok generasi dengan identitas yang khas,
generasi bervisi masa depan, generasi calon pemimpin yang peduli dengan
permasalahan umat dan bangsa ini. GENRE
bukanlah generasi yang mementingkan diri sendiri dengan menenggelamkan dirinya
pada kehidupan hedonis kapitalistik.
GENRE mutlak diperlukan di tengah carut marut situasi negeri ini.
Membentuk generasi calon pemimpin dan
bervisi masa depan bukan pekerjaan mudah. Namun bukan pula hal yang tidak bisa
direalisasikan. Untuk mewujudkan generasi berkualitas pada dasarnya ditempuh
lewat pendidikan dan pembinaan sepanjang hayat mulai dalam kandungan hingga liang kubur. Dasar-dasar pembinaan aqidah, akhlaq dan
keteladanan diperoleh seorang anak pertama kali dari lingkungan keluarga
khususnya ibu sebagai pendidik pertama dan utama. Ketika anak menjelang dewasa, anak bersekolah
dan berinteraksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu penting sekali
memperhatikan sistem tempat dimana anak bersekolah dan berinteraksi dengan lingkungan.
Jika sistem yang melingkupi sekolah dan lingkungan anak buruk, sudah
tentu akan berpengaruh pada proses
pembinaan anak. Negara memiliki peran
penting dalam menciptakan sistem yang kondusif bagi pembinaan dan pendidikan
anak. Negaralah yang mengatur kurikulum
yang menjamin kualitas anak didik yang mumpuni dari sisi kepribadian dan
penguasaan saintek. Negara pulalah yang
akan mereserve sekaligus menindak secara tegas
hal-hal yang bisa merusak generasi terutama pengaruh buruk media. Semua itu hanya bisa diraih jika semua sistem
kehidupan khususnya pendidikan dijalankan sepenuhnya oleh Sistem Khilafah.
Hanya sistem inilah yang mampu melahirkan generasi bervisi/berencana yang smart sekaligus bertaqwa.
Penulis
:
Indah
Kartika Sari, SP
Ketua
Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia
DPD
I Bengkulu
Jumat, 09 November 2012
REFLEKSI
Catatan Saat Musim Hujan Tiba
Oleh Intishorul Ummah
Kholifah Umar bin ‘Abdul ‘Aziz suatu ketika berjalan bersama Sulaiman
bin ‘Abdul ‘aziz. Di tengah perjalanan
mereka melewati malam yang gelap gulita, diiringi hujan lebat, angin kencang,
petir dan kilat di langit sehingga mereka
tercekam ketakutan dengan suasana itu.
Tiba-tiba Kholifah Umar tertawa kecil.
Sulaiman bertanya, “Apa yang membuatmu tertawa ya Umar ?” Kholifah Umar
menjawab,”Tidakkah Kau lihat apa yang kita alami sekarang?” “Gelapnya malam, hujan diringi angin kencang
dan petir bersahut-sahutan, semuanya adalah tanda kasih sayang Allah.” “Bagaimana
dengan tanda-tanda kemurkaannya ?” (Tarikhu al Khulafa’)
Subhanallah, logika para
salafussholih memang luar biasa. Mereka
selalu mengkaitkan semua peristiwa alam
dengan sudut pandang iman.
Pandangan dan perenungan mereka tentang dunia selalu berorientasi ke akhirat.
Berbeda dengan manusia biasa yang tabiatnya suka berkeluh kesah. Menghadapi kemarau
panjang saja, keluhannya juga luaar biasa panjang. Susah air lah, panas lah, gerah lah dan sejuta keluhan lainnya.
Begitu musim hujan tiba, lain lagi keluhannya. Becek lah, pakaian ga kering-kering
lah, musim penyakit lah. Bahkan bagi
para galauers, musim hujan justru makin menambah kesedihan mereka. Lho apa hubungannya ? Mungkin semakin deras
hujan, makin deras pula airmatanya. Padahal hujan adalah karunia Allah
SWT. Dia datang bukan karena permintaan
manusia. Dia datang karena kuasa Allah. Buktinya tanpa sholat istisqo pun,
musim hujan datang dengan sendirinya dengan ijin Allah. Oleh karena itu supaya
hujan ini mendatangkan berkah, banyaklah membaca doa :
Ya Allah, Turunkanlah hujan lebat dan bermanfaat (HR Imam Bukhori)
Kalau sebagian orang suka berkeluh kesah dengan
datangnya hujan, bagi anak-anak bermain-main dengan air hujan adalah hal yang
menyenangkan. Geli juga melihat
anak-anak paud membasahi rambut mereka di tengah pelototan orang-orang dewasa
yang melarang main hujan-hujanan. Maklum orang tua tentu khawatir anak-anaknya akan jatuh sakit.
Menariknya mandi hujan juga pernah dilakukan Rasulullah. Seperti yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim:
الله صلى الله عليه وسلم مطر فحسر – أي كشف – رسول الله صلى الله عليه وسلم ثوبه حتى
أصابه المطر فقلنا يا رسول الله : لم صنعت هذا ؟ قال : لأنه حديث عهد بربه . رواه مسلم
Dari Anas, kami pernah bersama Rasulullah pada saat hujan turun membasahi kami. Maka Rasulullah membuka bajunya sampai hujan membasahi tubuhnya. Kami berkata “Wahai Rasulullah kenapa engkau melakukan ini ?” Beliau berkata “sesungguhnya ini adalah rahmat yang dijanjikan Allah.”
Bagi yang sedang galau, manfaatkan musim hujan ini
dengan banyak-banyak berdoa supaya terhindar dari kegalauan sebab ada dua waktu
mustajab dikabulkannya doa : waktu azan berkumandang dan saat hujan turun.
Dan yang lebih penting bagi kita, jangan pernah
menjadikan hujan sebagai penghalang untuk menyongsong datangnya
nashrullah. Jangan hanya gara-gara hujan
turun, semangat kita untuk menuntut ilmu agama dan berdakwah jadi kendor. Berharaplah ketika sedang beramal sholih di
luar rumah, Allah beri kita cuaca yang cerah.
Jikalau mendung tak berarti hujan. Kalaulah hujan, berdoalah supaya
Allah pindahkan hujan itu ke daerah lain.
اَللَّهُمَّ عَلَى اْلآكَامِ وَالظِّرَابِ، وَبُطُوْنِ اْلأَوْدِيَةِ
وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ
“Ya Allah, turunkan hujan di sekeliling kami, jangan kepada kami. Ya, Allah, berilah hujan ke daratan tinggi, bukit dan lembah dan tanah yang menumbuhkan pepohonan.” (HR Bukhory). Semoga musim hujan ini semakin menjadikan kita hamba-hamba Allah yang selalu bersyukur dan bersabar. Amiin...
Langganan:
Postingan (Atom)
Pemuda Islam : Think About Palestine Not Valentine
Oleh Najmah Jauhariyyah (Pegiat Sosial Media Bengkulu) Manusia adalah makhluk yang mampu berfikir. Dengan berfikir manusia menjadi makhlu...
-
Muslimah HTI Kampus Provinsi Bengkulu menyelenggarakan Diskusi Publik Mahasiswi “Mengenal Sistem Pendidikan Di E...
-
Muslimah HTI Bengkulu menyelenggarakan "Kajian Cermin Wanita Shalihah “Perempuan dan Anak Mulia, Bahagia, ...
-
AGAR RAMADHAN LEBIH BERMAKNA (Tulisan ini dimuat di Harian Rakyat Bengkulu, Jumat 20 Juli 2012) ...