Selasa, 27 November 2012

REPORTASE AGENDA PUBLIK BULAN NOVEMBER MHTI BENGKULU


                                                                                                 
              
 Untuk menyemarakkan gaung Syariah dan Khilafah di propinsi  Bengkulu,  MHTI  Bengkulu kembali mengadakan  Kajian Bulanan Cermin Wanita Sholihah (KCWS) yang kali ini mengangkat tema  “Mewujudkan Generasi  Berkualitas Yang Cerdas  dan Bertaqwa”.  Acara ini diselenggarakan pada hari minggu tanggal 25 November  2012 bertempat  di Masjid Baitul Hikmah Karbela Kota Bengkulu.  Acara  ini menghadirkan pembicara Ustadzah Drg. Wardah Samanhudi  sebagai narasumber.  Beliau adalah aktivis MHTI DPD I Bengkulu.  Sebelum paparan materi, ditayangkan film yang menggambarkan  tentang  penghancuran generasi yang terjadi di  Gaza Palestina melalui invasi dengan target genosida anak-anak dan pemuda Gaza.  Disusul oleh tayangan penghancuran generasi di Indonesia melalui serangan liberalisasi. Peserta banyak yang terkesima dengan tayangan ini.   Bahkan sesudah tayangan, pembawa acara tak kuat menahan air mata.  Materi  dimulai dengan menggambarkan  sosok-sosok generasi  berkualitas di  masa  kejayaan Islam.  Sosok -sosok istimewa ini lahir berkat  kesempurnaan sistem pendidikan di masa Khilafah Islamiyah sebagai cermin kejayaan Islam.  Sosok generasi yang berbeda  terjadi di masa kemunduran Islam tanpa sistem Khilafah. Serangan sekulerisme dan liberalisme telah menjadikan generasi umat Islam menjadi sosok  yang rapuh, hedonis dan individualis jauh dari generasi berkarakter pemimpin masa depan dambaan umat.  Inilah yang menjadi salah satu persoalan umat.  Umat membutuhkan  generasi-generasi  berkepribadian Islam, menguasai saintek dan ilmu-ilmu kehidupan serta peduli terhadap nasib umat.  Generasi  pemimpin inilah yang didambakan umat untuk meraih kembali  kedudukannya sebagai khairu ummah (umat terbaik). Untuk mewujudkan generasi  cerdas yang berjiwa pemimpin perlu ada perubahan mendasar pada paradigma  pendidikan.  Sistem pendidikan yang berbasis sekuler harus diganti dengan sistem pendidikan berbasis aqidah Islam.  Selain itu upaya mencetak generasi pemimpin membutuhkan sinergi antara orangtua/keluarga,  masyarakat dan negara.   Keterpaduan antara paradigma pendidikan  dan sinergi  3 elemen mutlak memerlukan payung institusi negara Khilafah  sebagai  pelindung  generasi  dari bahaya-bahaya yang mengintai  dan merusak tumbuh kembangnya.    Acara ini mendapatkan respon yang baik dari peserta. Salah seorang  peserta mengungkapkan bahwa kajian ini sangat menarik bagi  semua  umat Islam  yang mendambakan generasi berkualitas seperti masa para sahabat dahulu.  Namun  saat ini banyak sekali  hal-hal yang merusak  pemikiran, kejiwaan maupun mental generasi.  Melalui media massa, generasi  dicekoki dengan pergaulan bebas, pornografi,kekerasan dll.  Bagaimana upaya kita saat ini untuk mencegah pengaruh negatif itu ?   Pertanyaan tersebut dijawab  oleh pembicara  bahwa sekalipun   keluarga/orang tua berperan penting  dalam memberikan keteladanan dan pendidikan pembinaan yang pertama dan utama, namun peran lingkungan dan sistem tak bisa diabaikan begitu saja.  Oleh karena itu  umat Islam harus melakukan perubahan sistem dari sistem sekular menjadi sistem Islam melalui aktivitas amar ma’ruf nahi munkar dan aktivitas muhasabah kepada pemerintah.   Lebih lagi umat Islam harus berjuang bersama mewujudkan tegaknya daulah Khilafah  sebagai benteng pelindung generasi.  Acara ini dihadiri tidak kurang dari 30 orang peserta  yang  berasal dari perwakilan majelis taklim yang ada di Kota Bengkulu dan juga kalangan  mahasiswa dan pelajar.   Dalam sambutannya ketua MHTI Bengkulu, Ustadzah Indah Kartika, SP mengatakan bahwa  sesuai namanya, kajian ini diharapkan menjadi cermin bagi  muslimah Bengkulu untuk menjadi muslimah sholihah yang lebih baik dari waktu ke waktu.  Lebih dari itu MHTI  Bengkulu akan senantiasa merespon  setiap permasalahan umat khususnya yang terkait dengan  keluarga, perempuan dan generasi di Propinsi Bengkulu.    Semua  permasalahan tersebut akan distandarisasi dengan syariat Islam  yang pelaksanaannya memerlukan sebuah institusi Khilafah Islamiyah.   MHTI Bengkulu mengajak seluruh komponen umat Islam khususnya muslimah untuk terlibat aktif dalam mewujudkan negara Khilafah. (By Intishorul Ummah)

OPINI NOVEMBER 2012


SAATNYA WUJUDKAN GENERASI BERENCANA (GENRE)
YANG  SMART DAN BERTAQWA

Dunia pendidikan kembali tercoreng oleh ulah nakal sekelompok remaja yang mempertontonkan adegan kekerasan secara nyata di depan khalayak ramai.  Tak tanggung-tanggung, peristiwa tawuran antar pelajar ini memakan korban jiwa. Menurut catatan Polda Metro Jaya, sejak Januari hingga September 2012 tercatat ada 11 kejadian tawuran antar pelajar dengan 5 korban tewas. Ironisnya salah satu pelajar yang terlibat aksi tawuran merupakan pelajar yang memiliki prestasi akademik.  Budaya tawuran ternyata tidak hanya tumbuh subur di kota-kota besar.  Namun ibarat penyakit,  ternyata menular pula hingga pelosok daerah.  Di Kabupaten Rejang Lebong Propinsi Bengkulu, tawuran antar pelajar  dipicu hanya karena masalah sepele. Padahal  beberapa hari sebelumnya, para pelajar kota tersebut sudah mengadakan  Deklarasi Anti Tawuran dan Anti Narkoba. Tawuran, itulah jawaban tuntas dalam menyelesaikan sengketa antar pelajar.  Emosi yang meluap-luap, kemarahan yang memuncak, senjata yang bermain akhirnya nyawa pun melayang. Inilah potret generasi preman, pribadi pencinta kekerasan. 
Kenakalan remaja juga memicu tingginya angka penderita HIV/AIDS.  Di Propinsi Bengkulu angka penderita HIV/AIDS hampir mendekati angka 500 orang.  Ditengarai, 60 % penyebab tingginya penderita HIV/AIDS di Bengkulu karena pergaulan bebas dan penggunaan narkoba di kalangan generasi muda.
Kenakalan remaja yang semakin merebak ini menunjukkan adanya ketidakberesan  pada mental generasi muda bangsa ini. Adakah yang salah dengan dunia pendidikan saat ini ? Bisa jadi para pelajar menganggap sekolah bukan lagi sebagai tempat belajar dan menuntut ilmu untuk meraih masa depan yang lebih  baik.  Dalam benak mereka, sekolah hanya sekedar tempat berkumpul dengan teman-temannya atau hanya sebatas tempat menghilangkan kepenatan di rumah. Tidak ada lagi sopan santun dan hormat kepada guru apalagi takut dengan peraturan sekolah.  Buktinya beberapa kasus kenakalan remaja justru terjadi di saat mereka masih mengenakan seragam sekolah. Melihat fenomena di atas, seberapa efektifkah  peran pendidikan  di sekolah dalam membentuk kepribadian anak didik ?
Sekolah sebagai institusi pendidikan seharusnya mampu menghasilkan anak didik yang berkepribadian baik sesuai Islam. Namun kenyataannya sistem pendidikan sekuler kapitalistik telah menyita sebagian besar waktu pelajar untuk lebih fokus pada target mengejar kurikulum dan penguasaan saintek.  Pada saat yang sama para pelajar secara sistematik telah mengabaikan pembentukan kepribadiannya. Apalagi pendidikan agama  di sekolah umum sangat minim hanya 2 jam pelajaran perminggu. Hasilnya, walaupun mereka bersekolah dan berprestasi akademik, tapi jiwa mereka kosong dari nilai-nilai spiritual.  Mental mereka lemah, gampang emosi, mudah depresi, cuek dengan lingkungan dan kehilangan rasa malu.  Peristiwa kesurupan massal yang banyak terjadi di sekolah-sekolah membuktikan kosongnya jiwa mereka dari nilai-nilai Ilahiyah.
Fakta deretan kasus kenakalan remaja mulai dari tawuran, narkoba, miras, geng motor hingga pergaulan bebas merupakan alasan kuat bahwa sekolah merupakan pihak yang paling bertanggung jawab terhadap kerusakan moral pelajar.  Dan kuat alasan pula bahwa sistem pendidikan saat ini telah gagal mewujudkan kesholihan pada anak didik.

Lalu tidakkah ada upaya pihak sekolah untuk memperbaiki semua ini ?  Sebab dengan semua kondisi ini sudah terbayang bagaimana nasib bangsa ini di kemudian hari.  Kehilangan generasi yang diharapkan sebagai pemimpin umat dan bangsa di masa depan.
Pihak sekolah yang menyadari minimnya pendidikan agama, mencari solusi melalui diselenggarakannya ekstrakulikuler kerohanian Islam (ROHIS).  Lembaga ROHIS ini diharapkan sekolah sebagai alternatif  terbaik bagi pelajar untuk mengenal ajaran Islam secara lengkap.  Pengenalan aqidah, ibadah, akhlak, pakaian dan muamalah termasuk pergaulan ditanamkan lewat program mentoring/pengajian.  Hasilnya cukup menggembirakan.  Para pelajar yang menjadi aktivis ROHIS umumnya adalah pelajar yang menyejukkan mata karena kesholihannya.  Namun ROHIS terlanjur dianggap tidak mewakili dunia remaja karena hanya membicarakan agama saja dan banyak peraturan yang dianggap mengekang. Akhirnya tidak banyak pelajar yang memilih ROHIS sebagai ekstrakulikuler pilihan.  Mereka lebih tertarik kepada ekskul yang dianggap mewakili dunia remaja seperti seni dan olahraga.  Ditambah lagi saat ini, media massa kerap kali memberitakan pencitraan negatif terhadap ROHIS karena dianggap sebagai basis kaderisasi calon teroris. Sebuah upaya yang mengada-ada untuk menjatuhkan citra ROHIS. Alhasil banyak orang tua yang lebih khawatir anaknya aktif di ROHIS daripada aktif di ekskul selain ROHIS.  Walaupun mereka sebenarnya tahu bahwa ROHIS tidak mungkin mengajarkan kekerasan  dan melakukan kegiatan-kegiatan negatif.  Namun itulah opini media yang mampu membalik kenyataan sesungguhnya.
Di tengah-tengah ketidakmampuan sistem pendidikan dan sekolah dalam melahirkan generasi berkualitas, slogan GENRE (Generasi Berencana) yang gencar dikampanyekan ibarat secercah harapan.  GENRE tentunya adalah  sosok generasi dengan identitas yang khas, generasi bervisi masa depan, generasi calon pemimpin yang peduli dengan permasalahan umat dan bangsa ini.  GENRE bukanlah generasi yang mementingkan diri sendiri dengan menenggelamkan dirinya pada kehidupan hedonis kapitalistik.  GENRE mutlak diperlukan di tengah carut marut situasi negeri ini.
Membentuk generasi calon pemimpin dan bervisi masa depan bukan pekerjaan mudah. Namun bukan pula hal yang tidak bisa direalisasikan. Untuk mewujudkan generasi berkualitas pada dasarnya ditempuh lewat pendidikan dan pembinaan sepanjang hayat mulai dalam  kandungan hingga liang kubur.  Dasar-dasar pembinaan aqidah, akhlaq dan keteladanan diperoleh seorang anak pertama kali dari lingkungan keluarga khususnya ibu sebagai pendidik pertama dan utama.  Ketika anak menjelang dewasa, anak bersekolah dan berinteraksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu penting sekali memperhatikan sistem tempat dimana anak bersekolah dan  berinteraksi dengan  lingkungan.  Jika sistem yang melingkupi sekolah dan lingkungan anak buruk, sudah tentu akan berpengaruh pada  proses pembinaan anak.  Negara memiliki peran penting dalam menciptakan sistem yang kondusif bagi pembinaan dan pendidikan anak.   Negaralah yang mengatur kurikulum yang menjamin kualitas anak didik yang mumpuni dari sisi kepribadian dan penguasaan saintek.  Negara pulalah yang akan mereserve sekaligus menindak secara tegas  hal-hal yang bisa merusak generasi terutama pengaruh buruk media.  Semua itu hanya bisa diraih jika semua sistem kehidupan khususnya pendidikan dijalankan sepenuhnya oleh Sistem Khilafah. Hanya sistem inilah yang mampu melahirkan generasi bervisi/berencana yang smart sekaligus bertaqwa.

Penulis :
Indah Kartika Sari, SP
Ketua Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia
DPD I  Bengkulu




Jumat, 09 November 2012

REFLEKSI


 Catatan Saat  Musim Hujan Tiba
 Oleh Intishorul Ummah


Kholifah Umar bin ‘Abdul  ‘Aziz suatu ketika berjalan bersama Sulaiman bin ‘Abdul ‘aziz.  Di tengah perjalanan mereka melewati malam yang gelap gulita, diiringi hujan lebat, angin kencang, petir dan kilat di langit sehingga mereka  tercekam ketakutan dengan suasana itu.  Tiba-tiba Kholifah Umar tertawa kecil.  Sulaiman bertanya, “Apa yang membuatmu tertawa ya Umar ?” Kholifah Umar menjawab,”Tidakkah Kau lihat apa yang kita alami sekarang?”  “Gelapnya malam, hujan diringi angin kencang dan petir bersahut-sahutan, semuanya adalah tanda kasih sayang Allah.” “Bagaimana dengan tanda-tanda kemurkaannya ?” (Tarikhu al Khulafa’)

Subhanallah, logika para salafussholih memang luar biasa.  Mereka selalu mengkaitkan semua peristiwa alam  dengan sudut pandang iman.  Pandangan dan perenungan mereka tentang dunia selalu berorientasi ke akhirat.  

            Berbeda dengan manusia biasa yang tabiatnya  suka berkeluh kesah. Menghadapi kemarau panjang saja, keluhannya juga luaar biasa panjang. Susah air lah, panas  lah, gerah lah dan sejuta keluhan lainnya. Begitu musim hujan tiba, lain lagi keluhannya. Becek lah, pakaian ga kering-kering lah,  musim penyakit lah. Bahkan bagi para galauers, musim hujan justru makin menambah kesedihan mereka.  Lho apa hubungannya ? Mungkin semakin deras hujan, makin deras pula airmatanya. Padahal hujan adalah karunia Allah SWT.  Dia datang bukan karena permintaan manusia. Dia datang karena kuasa Allah. Buktinya tanpa sholat istisqo pun, musim hujan datang dengan sendirinya dengan ijin Allah. Oleh karena itu supaya hujan ini mendatangkan berkah, banyaklah membaca doa :

اَللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا
Ya Allah, Turunkanlah hujan lebat  dan  bermanfaat (HR Imam Bukhori)

   Kalau sebagian orang suka berkeluh kesah dengan datangnya hujan, bagi anak-anak bermain-main dengan air hujan adalah hal yang menyenangkan.   Geli juga melihat anak-anak paud membasahi rambut mereka di tengah pelototan orang-orang dewasa yang melarang main hujan-hujanan. Maklum orang tua tentu  khawatir anak-anaknya akan jatuh sakit. Menariknya mandi hujan juga pernah dilakukan Rasulullah. Seperti yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

عن أنس رضي الله عنه قا ل: أصابنا مع رسول
الله صلى الله عليه وسلم مطر فحسر – أي كشف – رسول الله صلى الله عليه وسلم ثوبه حتى
أصابه المطر فقلنا يا رسول الله : لم صنعت هذا ؟ قال : لأنه حديث عهد بربه . رواه مسلم
Dari Anas, kami pernah bersama Rasulullah pada saat hujan turun membasahi kami. Maka Rasulullah membuka bajunya sampai hujan membasahi tubuhnya. Kami berkata “Wahai Rasulullah kenapa engkau melakukan ini ?” Beliau berkata “sesungguhnya ini adalah rahmat yang dijanjikan Allah.”
  
           Bagi yang sedang galau, manfaatkan musim hujan ini dengan banyak-banyak berdoa supaya terhindar dari kegalauan sebab ada dua waktu mustajab dikabulkannya doa : waktu azan berkumandang dan saat hujan turun.

      Dan yang lebih penting bagi kita, jangan pernah menjadikan hujan sebagai penghalang untuk menyongsong datangnya nashrullah.  Jangan hanya gara-gara hujan turun, semangat kita untuk menuntut ilmu agama dan berdakwah jadi kendor.  Berharaplah ketika sedang beramal sholih di luar rumah, Allah beri kita cuaca yang cerah.  Jikalau mendung tak berarti hujan. Kalaulah hujan, berdoalah supaya Allah pindahkan hujan itu ke daerah lain.

 اَللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا،
اَللَّهُمَّ عَلَى اْلآكَامِ وَالظِّرَابِ، وَبُطُوْنِ اْلأَوْدِيَةِ
وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ
“Ya Allah, turunkan hujan di sekeliling kami, jangan kepada kami. Ya, Allah, berilah hujan ke daratan tinggi,  bukit dan lembah dan  tanah yang menumbuhkan pepohonan.” (HR Bukhory).   Semoga musim hujan ini semakin menjadikan kita  hamba-hamba Allah yang selalu bersyukur dan bersabar. Amiin...





Pemuda Islam : Think About Palestine Not Valentine

Oleh Najmah Jauhariyyah (Pegiat Sosial Media Bengkulu) Manusia adalah makhluk yang mampu berfikir.  Dengan berfikir manusia menjadi makhlu...