Selasa, 31 Maret 2015

Reportase FORUM MUTIARA PERADABAN edisi khusus Kampanye Global Women and Shariah









Reportase Forum Mutiara Peradaban (FORMUDA) # DPD 1 Muslimah_HTI_Bengkulu
"Wanita dan Syariah: “Memisahkan antara Fakta dan Fiksi”
Minggu, 29 Maret 2015 Bertempat di Hotel Samudera Dwinka Kota Bengkulu, Muslimah HTI Bengkulu menyelenggarakan "Forum Mutiara Peradaban (FORMUDA) dengan tema "Wanita dan Syariah: Memisahkan antara Fakta dan Fiksi”
Acara ini dihadiri sekitar 31 peserta dari kalangan mahasiswa dan para mubalighah. Adapun narasumber pada FORMUDA kali ini adalah Ibu. Drg. Wardah Samanhudi (Aktivis DPD I MHTI Bengkulu) yang memaparkan materi tentang "Strategi Barat Menghancurkan Keluarga, Generasi dan Perempuan”. Beliau menyampaikan bahwa barat dengan segala caranya senantiasa melancarkan tuduhannya terhadap hukum islam, melalui skenarionya barat berupaya menjauhkan para muslimah dari hukum-hukum islam.
Dan narasumber yang kedua adalah Ibu Indah Kartika Sari, SP (Ketua DPD I MHTI Bengkulu) yang menyampaikan materi "Wanita Mulia, Sejahtera dan Bahagia dibawah naungan Khilafah". Dalam pemaparannya beliau menjelaskan selama 13 abad sistem khilafah berhasil memberikan keamanan, kemuliaan dan kesejahteraan bagi muslimah. Akan tetapi, justru baratlah yang ternyata memberikan tuduhan bohongnya, bahwa sistem Islam membuat wanita termarjinalkan. Maka saatnya para muslimah kembali untuk berjuang bersama menegakkan kembali khilafah islamiyyah ala minhaj nubuwwah. Khilafah janji Allah dan kabar gembira rasulullah SAW.


Para peserta begitu antusias mendengarkan pemaparan materi dari kedua narasumber.

Reportase Pawai Simpatik #WomenAndShariah








#WomenAnd Syariah

Ahad, 22 Maret 2015 MHTI Bengkulu menyelenggarakan Aksi simpatik dan kampanye Women And Syariah “ Menghapus Tuduhan Palsu Terhadap Syariah”
Rute: Hotel Samudera Dwinka-Simpang 5 (Lima) Kota Bengkulu. Minggu, 22 Maret 2015.
Ratusan Perempuan dengan kerudung orange dan jilbab hitan dengan mengibarkan panji islam, Ar royah Al Liwah turun ke jalan dalam aksi simpatik dan kampanye women and syariah.
Para perempuan yang menginginkan dan merindukan syariah islam sebagai aturan islam serta menepis feminisme yang diusung oleh barat.
Ibu Luslenika sebagai MC membuka aksi dengan menyerukan yel yel serta lagu kepada peserta aksi dan kampanye:
·         Perempuan Sholeha “Taat SYARIAH”
·         Perempuan Mulia “ Dalam KHILAFAH”
Orator 1 ( Ibu Fitri) “Kiprah Perempuan di Publik”
Mengungkapkan tentang fakta menyedihkan yang menimpa perempuan di dunia. Semuanya itu karena kapitalisme dan sekulerisme.

Orator 2 (Ibu drg. Wardah Samanhudi) “ Strategi feminis hancurkan perempuan”
Menjelaskan feminisme tidak menyelesaikan masalah perempuan. Malah menimbulkan masalah baru yaitu melawan fitrah ibu sebagai pencetak generasi juga adanya tuduhan negatif terhadap syariah islam.
Orator 3 ( Ibu Feliyanah, S.Pd) “Posis Perempuan dalam Islam”
Mengungkapkan posisi wanita dalam islam begitu sangat dimuliakan. Peran strategis domestik ibu adalah sebagai pendidik pertama dan utama bagi generasi, dan saat kapitalisme diterapkan sangat sulit mengoptimalkan fngsi keibuan.

Orator 4 ( Ibu Mesi Ramdayani) “ Keunggulan Nidzam Ijtimai’ Islam”
Menjelaskan  islam sangat menjaga kemuliaan dan kehormatan perempuan dengan sejumlah hukum seperti pakaian dan tata pergaulan. Berbeda dengan kapitalisme yang merendahkan perempuan serta menjadikannya sebagai objek eksploitasi untuk mencari materi sebanyak-banyaknya.

Orator 5 ( Ibu drg. Eka Dewi) “Khilafah Mewujudkan Perempuan Mulia Bahagia dan Sejahtera”
Memaparkan Khilafah adalah penjaga kemuliaan dan kehormatan kaum perempuan. Banyak kisah para wanita tangguh di bidang keilmuan, kedokteran dll yang lahir pada masa khilafah. Perempuan menjadi pembangun peradaban yang kuat dan terdepan.

Orator 6 ( Ibu Indah Kartika Sari, SP)” Kiprah MHTI yang konsisten dalam Mengemban Ide-Ide yang Memelihara Kemuliaan Perempuan”
Menjelaskan menggugah kesadaran para perempuan untuk berjuang menegakkan khilafah bersama Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia karena keyakinan bahwa khilafah adalah janji Allah.

Pembacaan Press Releass “Surat Terbuka bagi Perempuan Indonesia” oleh Ibu Indah Kartikasari, SP (Ketua DPD I Muslimah HTI Bengkulu


Pada malam harinya MHTI Bengkulu diundang secara khusus oleh Rakyat Bengkulu TV untuk mengisi siaran live HALO BENGKULU dengan tema seputar Kampanye Global Women And Shariah.

Jumat, 20 Maret 2015

Mewujudkan Perempuan Unggul, Pembangun Peradaban Yang Kuat dan Terdepan



Perbincangan seputar perempuan memang menarik. Apalagi dikaitkan dengan sosoknya sebagai tiang negara. Ditambah dengan populasinya yang terbesar di dunia.  Namun sayang, potensi jumlah yang besar tidak selalu menunjukkan  kekuatannya. Lebih dari satu abad yang lalu, setelah hari perempuan internasional 1911, perempuan dunia menjalani kehidupan yang menyedihkan. Secara global, 1 dari 3 wanita akan dipukuli atau diperkosa selama hidup mereka.  Diantara 70 % dari 1,2 milyar orang yang hidup dalam kemiskinan adalah perempuan dan anak-anak.  Sebanyak 700 juta perempuan hidup tanpa kecukupan makanan, air, sanitasi, kesehatan atau pendidikan. Sebanyak 85 juta anak perempuan di seluruh dunia tidak dapat bersekolah dan diperkirakan 1,2 juta anak diperdagangkan sebagai budak setiap tahun, 80 % nya adalah perempuan. Khusus di Indonesia, perempuan masih banyak menghadapi problematika yang kompleks. Krisis ekonomi dan kemiskinan yang berkepanjangan membuat perempuan terpaksa menggantikan  peran  laki-laki sebagai pencari nafkah keluarga.  Banyak perempuan menjadi tenaga kerja/buruh migran dengan kemampuan dan skill yang minim.  Ini memicu masalah lain yaitu kekerasan dari majikan bahkan tak jarang harus meregang nyawa di negeri orang.  Belum lagi problem sosial, banyaknya perempuan menjadi pekerja seks komersil (PSK) yang lagi-lagi dipicu alasan ekonomi. Itulah mengapa penderita HIV AIDS dan kasus aborsi di Indonesia semakin membengkak.  Yang memprihatinkan, di Indonesia angka kematian ibu dan anak tergolong tinggi. Ini menunjukkan perempuan dan anak-anak kurang mendapatkan akses kesehatan.   Belum lagi kekerasan perempuan dalam rumah tangga menjadi berita acara harian LSM perempuan. Fenomena menarik yang patut dicermati adalah keterlibatan perempuan dalam kasus-kasus korupsi, narkoba  dan tindak kriminal lainnya.  Nyatalah bahwa kehidupan perempuan begitu memprihatinkan di bawah peradaban kapitalisme sekuler.

Permasalahan rumit yang dihadapi perempuan mendorong para aktivis perempuan untuk mengangkat issu kesetaraan perempuan. Namun di tengah gencarnya semangat perempuan Indonesia untuk  memberdayakan dirinya agar sejajar dengan peran laki-laki, tanpa sadar sedikit demi sedikit mereka hampir kehilangan jati dirinya. Mainstream kesetaraan gender menyebabkan peran perempuan di sektor publik terlihat semakin dominan. Perempuan  menghadapi dilema antara peran domestik dan peran publiknya, mana yang harus dipilih.

Muncul kekhawatiran akan bergesernya peran keibuan  juga tanggung jawab perempuan terhadap pendidikan generasi dan keluarga.  Kekhawatiran itu bukan tanpa alasan.  Kenyataan berbicara ketika perempuan memilih untuk eksis di sektor publik, ada hal-hal yang sering memicu konflik suami istri. Tak jarang konflik ini berujung pada perceraian.  Kecenderungan meningkatnya tingkat kenakalan remaja (narkoba, miras, pergaulan bebas, tawuran) disinyalir akibat efek broken home. Lalu bagaimana mungkin perempuan bisa dikatakan sebagai tiang negara kalau kiprahnya justru menyebabkan robohnya ketahanan keluarga dan hancurnya generasi ???

Ironisnya, semangat memperjuangkan kesetaraan perempuan telah membuat para aktivis perempuan  berani merekonstruksi fiqih perempuan. Mereka menilai banyak hukum-hukum Islam yang memarjinalisasi dan menghambat kemajuan perempuan. Dalam anggapan mereka, hukum-hukum seputar kepemimpinan laki-laki, waris, pernikahan dan lain-lain yang dinilai misoginia atau bias gender wajib ditafsirkan ulang.  Apalagi ada dukungan global UNWomen (lembaga gender PBB) terhadap aktivis perempuan untuk menggiring kaum perempuan meningkatkan keterwakilannya di pemerintahan bahkan mendorong perempuan menjadi pemimpin pemerintahan tertinggi.  Namun apakah hal tersebut dapat meningkatkan kualitas dan posisi perempuan  sekaligus dapat menyelesaikan problem-problemnya ???

Bercermin dari kasus Pakistan, kehadiran Benazir Bhutto sebagai perdana menteri ataupun Hina Rabbani Khar  sebagai Menlu Pakistan  tak lantas menyelesaikan problem perempuan.  Kebodohan, kemiskinan, pembunuhan dan kekerasan tetap melanda perempuan di Pakistan.  Menurut sebuah lembaga HAM Ansar Burney Trust, 70 persen perempuan Pakistan mengalami kekerasan dalam rumah tangga mulai dari pemukulan, penyiraman air keras sampai pembakaran hidup-hidup.  Sementara itu Bangladesh yang berturut-turut dipimpin presiden perempuan telah dinyatakan Tranparency International sebagai negara paling korup. 

Realitas membuktikan bahwa mewujudkan perempuan unggulan tak cukup hanya sekedar mendudukkan mereka di tampuk tinggi pemerintahan atau memperbesar kuota mereka di parlemen. Selama sistem yang diadopsi adalah demokrasi, mimpi-mimpi perempuan untuk menjadi manusia unggul belum akan terwujud.  Sebab demokrasi merupakan anak kandung kapitalisme yang hanya akan mengunggulkan para pemilik modal (kapital).  Sementara rakyat baik laki-laki dan perempuan akan terpinggirkan. 

Penulis merasa terinspirasi dengan kampanye global  yang diselenggarakan oleh Central Media Office Womens of Hizb et Tahrir sepanjang bulan Maret ini. Tema yang diusung kampanye ini adalah “Women and Shariah : Separating Fact and Fiction”. Puncak acara dari kampanye global ini adalah akan diselenggarakannya Konferensi Perempuan Internasional  di 5 negara  secara pararel pada tanggal 26 Maret 2015. Pesertanya adalah para perempuan yang berasal dari berbagai latar belakang, etnis, ras dan profesi untuk membincangkan masalah yang sama yaitu problem perempuan dan solusi komprehensif yang sama yakni Khilafah. 

Setelah mengikuti kampanye ini, penulis berkesimpulan bahwa cita-cita perempuan menjadi manusia unggul dan bermartabat hanya bisa diraih dengan sistem dan tatanan dunia baru yaitu sistem Khilafah.  Format pemerintahan sejati yang berasal dari Sang Robbul Izzati telah membuktikan selama berabad-abad mampu mewujudkan perempuan sejati, perempuan pembangun peradaban dunia yang kuat dan terdepan.

Pemuda Islam : Think About Palestine Not Valentine

Oleh Najmah Jauhariyyah (Pegiat Sosial Media Bengkulu) Manusia adalah makhluk yang mampu berfikir.  Dengan berfikir manusia menjadi makhlu...