Senin, 31 Oktober 2016

Reportase Diskusi Terbatas Tokoh Forum Mutiara Peradaban DPD I Muslimah HTI Bengkulu Hari Minggu Tanggal 30 Oktober 2016


















Dilatarbelakangi keprihatinan terhadap tingginya angka perceraian dan incest di Bengkulu, DPD I Muslimah HTI Bengkulu menyelenggarakan Diskusi Terbatas Tokoh Forum Mutiara Peradaban (FORMUDA) dengan tema “Peran Strategis Mubalighah (Majelis Taklim dan Organisasi Masyarakat Islam) Dalam Menyelamatkan Keluarga dan Generasi”.   Acara ini diadakan pada Hari Minggu tanggal 30 Oktober 2016 bertempat di Aula Anggrek Hotel Samudera Dwinka Kota Bengkulu.

Dalam penyampaian materi pertama dengan tema Strategi Penghancuran Keluarga Muslim, Ustadzah Fitri Andusti  menyampaikan bahwa keluarga-keluarga muslim yang bahagia terancam  mengalami degradasi.  Berdasarkan data, sepanjang tahun 2015,  perceraian di Bengkulu mengalami peningkatan yang signifikan.  Imbasnya perceraian ini berdampak pula  terhadap kenakalan remaja di Bengkulu seperti tawuran, narkoba dan pergaulan bebas.  Dan yang lebih memprihatinkan, kasus pelecehan seksual dari kerabat  dekat (incest)  di Bengkulu menem pati posisi tertinggi di Indonesia.
Kapitalisme dan sekularisme  yang dibawa oleh  negara-negara kafir barat merupakan penyebab terjadinya  penghancuran  keluarga  muslim.  Negara-negara kafir barat benar-benar ingin memastikan bahwa tatanan masyarakat (muslim) di masa depan adalah masyarakat liberal.  Yakni masyarakat yang tidak lagi menjadikan Al Qur’an dan As Sunnah sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan termasuk berkeluarga.  Dalam menjalankan rencana kejinya, negara-negara kafir barat memakai  jargon-jargon gender/kesetaraan perempuan, pengentasan kemiskinan perempuan, penghapusan diskriminasi perempuan, menghentikan kekerasan terhadap perempuan dan sebagainya.  Sesungguhnya ada tujuan besar yang sudah dirancang Barat.  Tujuan semua ide-ide gender yang disusun dari kesepakatan-kesepakatan  gender itu  tiada lain adalah untuk tadmir al usroh al muslimin.  Ya, untuk menghancurkan keluarga muslim,  bukan untuk memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi perempuan dan keluarganya.

Problem sistemik yang menimpa umat tidak boleh dibiarkan.  Kerusakan yang terjadi sudah sedemikian mengerikan, mengancam peran dan fungsi keibuan, merusak identitas generasi muda dan menghancurkan keluarga.  Solusi paripurna yang mampu menuntaskan problem ini hanyalah solusi yang bersifat sistemik pula.  Solusi yang berasal dari sebaik-baik Pencipta manusia.
Karena itu  Ustadzah Fitri menghimbau perlu membangun kembali Khilafah Islam yang akan mampu mewujudkan kembali masyarakat Islam, sebagaimana yang pernah dibangun Rasulullah SAW  pasca Hijrah. Khilafah akan mengantarkan umat ini meraih kembali kemuliaan dan kejayaannya, sebagaimana pada masa lalu.

Pada materi kedua yang berjudul Peran Politik Mubalighah Dalam Menyelamatkan Keluarga dan Generasi, Ustadzah Indah Kartika Sari, SP selaku Ketua DPD I Muslimah HTI Bengkulu mengajak para hadirin yang merupakan mubalighah, pengurus dan penggerak majelis  taklim dan ormas Islam untuk   bersama-sama berdakwah dan berjuang menegakkan  Khilafah. Khilafah sebagai benteng umat  akan menjaga individu tetap terpelihara ketakwaan, keluarga tetap kokoh karena terfungsikan dengan benar, masyarakat tetap terjaga sebagai mesin kontrol penguat ketaqwaan dan negara pun menjadi penjaga umat dari celah kerusakan.

Untuk memperjuangkan tegaknya Khilafah tentu saja harus kembali kepada metode yang dicontohkan Rasulullah.  Disinilah peran MT dan ormas Islam mengembalikan khiththahnya kepada pembinaan-pembinaan yang mengarahkan umat agar kembali kepada ajaran Islam yang kaafah. 
Di akhir penjelasannya Ustadzah Indah mengingatkan peran sentral ulama dan mubalighah diantaranya  sebagai pewaris para nabi yaitu sebagai penjaga agama Allah SWT dari kebengkokan dan penyimpangan.  Para ulama, muballigh dan muballighah juga sebagai pembimbing, pembina dan penjaga umat serta memberi petunjuk dan menerangi umat sehingga umat tertunjuki pada jalan yang benar. Selain itu ulama adalah orang yang fakih dalam masalah halal-haram. Ia adalah rujukan dan tempat menimba ilmu sekaligus guru yang bertugas membina umat agar selalu berjalan di atas tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Yang lebih penting, kata beliau, ulama/mubaligh/mubalighah berperan sebagai pengontrol penguasa. Dengan keempat peran strategis inilah maka umat Islam akan meraih izzahnya kembali.

Acara ini  dihadiri lebih kurang 57 mubalighah dari kalangan pengurus dan penggerak MT dan ormas Islam di Kota Bengkulu.  Pada sesi  diskusi, terihat antusiasme peserta yang menanyakan berbagai pertanyaan seputar  keluarga, khilafah, politik serta kiprah MHTI. Ini menunjukkan animo perjuangan syariah dan khilafah sudah mulai dirasakan oleh para mubalighah di Provinsi Bengkulu.


Selasa, 25 Oktober 2016

Reportase Seminar Mahasiswi Islam Untuk Peradaban (SMIP) DPD 1 Muslimah_HTI_Provinsi_Bengkulu “Reaktualisasi Peran Intelektual Muda Dalam Mewujudkan Kembali Peradaban Islam”















Muslimah HTI Dewan Pimpinan Daerah I Provinsi Bengkulu menyelenggarakan Seminar Mahasiswi Islam Untuk Peradaban  dengan tema  “Reaktualisasi Peran Intelektual Muda Dalam Mewujudkan Kembali Peradaban Islam”  Acara ini dihadiri kurang lebih 300 peserta dari kalangan mahasiswi, para intelektual muda.

Drg. Wardah Samanhudi sebagai narasumber pertama dengan tema “Potensi dan Tantangan Khilafah Abad 21”. Beliau  menyampaikan bahwa Islam telah menorehkan sejarah luar biasa sepanjang kehidupan manusia. Dengan penerapan Islam kaffah dalam naungan khilafah, Islam telah menguasai hampir 2/3 dunia, kaum muslim menjadi kaum terbaik dan menghasilkan pemuda luar biasa pencetus keilmuan modern yang ilmunya menjadi rahmat untuk semesta alam. Akan tetapi saat ini umat muslim terpecah belah menjadi berbagai negara atas tangan penjajah sehingga kaum muslimin tidak lagi menjadi kaum terbaik. Oleh karena itu, kita harus kembali menyatukan kaum muslim d bawah naungan khilafah. Hanya dengan khilafah kaum muslim mampu menerapkan Islam kaffah dan menjadi umat terbaik, paparnya.

Ketua Dewan Pimpinan Daerah I Muslimah HTI Provinsi Bengkulu, Indah Kartika Sari, SP sebagai narasumber kedua, beliau menyampaikan bahwa Khilafah merupakan kewajiban dan kebutuhan bagi umat muslim, juga wajib memperjuangkannya. Banyak cara yang telah kaum muslimin lakukan untuk memperjuangkannya tetapi mengalami kegagalan. Sehingga ketika kita ingin mewujudkan kehidupan Islam dibawah naungan Khilafah, kita harus menggunakan metode shahih yang telah dicontohkan Rasulullah. Yaitu tasqif (pembinaan), tafa’ul ma’al umah (interaksi dengan umat), dan tathbiq akhkamul islam (penerapan hukum Islam).

Pemuda memiliki peran besar dalam melakukan perubahan dunia. Beliau menyeru pemuda untuk bangkit, mewujudkan peran intelektual muda untuk mewujudkan kembali peradaban Islam di bawah naungan Khilafah. Terakhir, Beliau menyeru mahasiswi untuk mengubah perilaku hidup mahasiswi menjadi Buku, Ngaji dan Dakwah.

Acara ini dilaksanakan pada hari Minggu, 23 Oktober 2016 bertepat di Hotel Samudera Dwinka Kota Bengkulu. Acara ini dilaksanakan sebagai  bentuk  syiar Islam di kalangan mahasiswi muslim. Peserta begitu semangat dan antusias dalam menyimak pemaparan materi.  Pertanyan demi pertanyaan diutarakan para intelektual muda adalah sebagai bentuk ke-antusiasan mereka dalam mengikut acara Seminar Mahasiswi Islam Untuk Peradaban. Dan fokus dalam mengikuti tahapan acara demi acara.

Tak hanya itu, 10 media lokal  baik cetak maupun online turut meliput dan menurunkan  berita Seminar Mahasiswi Islam Untuk Peradaban.




Wallahualam.

Jumat, 21 Oktober 2016

Reportase Audiensi Kelembagaan Lajnah Fa’aliyyah DPD I Muslimah HTI Bengkulu Dengan BKKBN Provinsi Bengkulu





Dalam rangka menjalin silah ukhuwwah dengan Lembaga yang ada di Provinsi Bengkulu, Lajnah Fa’aliyyah  DPD I Muslimah HTI Bengkulu  mengadakan kunjungan ke BKKBN Provinsi Bengkulu.
Tim Lajnah Fa’aliyyah yang diketuai oleh Indah Kartika Sari, SP (Ketua DPD I MHTI Bengkulu) diterima oleh staff  BKKBN yaitu Ibu Corien AF, S. Psi, MM dan Dra. Sumiati bertempat di Kantor BKKBN Provinsi Bengkulu hari Rabu tanggal 19 Oktober 2016.

Dalam presentasi yang bertema “Mewaspadai Penghancuran Keluarga Dan Generasi”, Ustadzah Indah Kartika Sari, SP menyampaikan bahwa Provinsi Bengkulu mengalami darurat  disfungsi keluarga. Perceraian pasangan suami istri terus meningkat pesat. Dan yang memprihatinkan ternyata 80 persen perceraian didominasi oleh gugat cerai dari pihak istri.

Akibat tingginya disfungsi keluarga, ancaman degradasi generasi di Bengkulu tak kalah memprihatinkan. Ini dibuktikan dengan tingginya angka incest (hubungan sedarah) di mana Bengkulu menempati rangking pertama.

Ustadzah Indah menggambarkan bahwa biang dari degradasi keluarga dan generasi adalah akibat sekularisme dan beliau menawarkan solusi Islam untuk menyelamatkan keluarga dan generasi.

Pada sesi sharing, Bu Corien dan Bu Sumiati sepakat bahwa keluarga yang dibangun harus berlandaskan agama dan ditunjang oleh ekonomi yang baik sehingga keluarga menjadi sejahtera.  Kedua  lembaga sepakat bahwa krisis ekonomi akibat liberalisasi ekonomi  telah menjadikan banyak perempuan bekerja di luar rumah sehingga mengabaikan fungsinya sebagai pendidik generasi.  Upaya pemberdayaan ekonomi perempuan telah menyebabkan perempuan merasa  punya  bargaining sehingga  berani menggugat cerai suaminya.

Di akhir sesi sharing, kedua lembaga  bersepakat bahwa untuk menyelamatkan keluarga dan generasi butuh sistem yang baik untuk melindungi  dan sistem yang terbaik itu berasal dari Zat Yang Maha Baik yaitu Allah SWT.

Agenda kunjungan Lajnah Fa’aliyyah ini merupakan rangkaian dari agenda diskusi terbatas tokoh yang akan diadakan pada tanggal 30 Oktober 2016 dengan tema Peran Strategis MT/Ormas Dalam Menyelamatkan Keluarga dan Generasi.

Pihak BKKBN Provinsi Bengkulu siap bekerjasama dengan Muslimah  HTI Bengkulu untuk mengadakan program dengan melibatkan Muslimah HTI Bengkulu sebagai narasumber.  Mereka pun antusias untuk menyebarkan ke komunitas remaja dan orang tua untuk  jika ada tulisan-tulisan seputar  keluarga dan generasi dari Muslimah HTI.


Senin, 10 Oktober 2016

Reportase Diskusi Publik Mahasiswi #Kampus_DPD 1 Muslimah_HTI_Provinsi_Bengkulu “Mengenal Sistem Pendidikan Di Era Khilafah”









Muslimah HTI Kampus Provinsi Bengkulu menyelenggarakan Diskusi Publik Mahasiswi “Mengenal Sistem Pendidikan Di Era Khilafah” Acara ini dihadiri sekitar 40 peserta dari kalangan mahasiswi, para intelektua muda. Ustadzah  Feliyanah, S.Pd sebagai narasumber pertama dengan tema “system pendidikan tinggi ideal dimasa kegemilangan islam” beliau menyampaikan bahwa Kejayaan pendidikan Islam pada masa Khilafah Islam telah ditorehkan dengan tinta emas dalam sejarah. Dan semua itu bisa tercapai karena adanya kombinasi 2 KUNCI yaitu : SDM/ intelektual sholih yang berkarya untuk ridha Allah dan SISTEM PEMERINTAHAN KHILAFAH yang mengarahkan ilmu untuk rahmatan lil alamin.
Dan Ustadzah Indah Kartika Sari, S.P sebagai narasumber ke dua dalam acara tersebut dengan tema “Upaya Mewujudkan Kembali pendidikan tinggi ideal abad 21” ia memaparkan bahwa mahasisiwi harus back to muslim identity yaitu kembali pada identitas Islam yang kaffah, memahami kesempurnaan sistem Islam yang tidak hanya berkaitan dengan ibadah, makanan,pakaian tetapi meliputi seluruh sistem politik, ekonomi, hukum, sosial termasuk sistem pendidikan. Dengan back to muslim identity menjadikan kita bangga akan kiprah intelektual muslim &sistem pendidikan tinggi masa kegemilangan Islam dan berjuang dengan cara shohih mewujudkan kembali kegemilangan pendidikan tinggi di abad 21.
sudah saat nya Intelektual muslim untuk Back to Muslim Identity, sudah saat nya untuk kembali kepada islam kaffah, sudah saatnya intelektual muslim bangkit dan memperjuangkan islam untuk tegaknya khilafah, tukasnya.
Acara ini dilaksanakan pada hari saabtu, 08 Oktober 2016 bertepat di Gedung A Universitas Bengkulu. acara ini dilaksanakan sebagai  bentuk  syiar Islam di kalangan mahasiswi muslim. Peserta begitu semangat dan antusias dalam menyimak pemaparan materi, pertanyan demi pertanyaan di utara kan para intelektual muda adalah sebagai bentuk ke-antusiasan mereka dalam mengikut acara Diskusi Publik Mahasiswi ini. Dan fokus dalam mengikuti tahapan acara demi acara.


Wallahualam.

Pemuda Islam : Think About Palestine Not Valentine

Oleh Najmah Jauhariyyah (Pegiat Sosial Media Bengkulu) Manusia adalah makhluk yang mampu berfikir.  Dengan berfikir manusia menjadi makhlu...