Dilatarbelakangi keprihatinan terhadap tingginya angka
perceraian dan incest di Bengkulu, DPD I Muslimah HTI Bengkulu menyelenggarakan
Diskusi Terbatas Tokoh Forum Mutiara Peradaban (FORMUDA) dengan tema “Peran
Strategis Mubalighah (Majelis Taklim dan Organisasi Masyarakat Islam) Dalam
Menyelamatkan Keluarga dan Generasi”. Acara ini diadakan pada Hari Minggu tanggal
30 Oktober 2016 bertempat di Aula Anggrek Hotel Samudera Dwinka Kota Bengkulu.
Dalam penyampaian materi pertama dengan tema Strategi
Penghancuran Keluarga Muslim, Ustadzah
Fitri Andusti menyampaikan bahwa
keluarga-keluarga muslim yang bahagia terancam
mengalami degradasi. Berdasarkan
data, sepanjang tahun 2015, perceraian
di Bengkulu mengalami peningkatan yang signifikan. Imbasnya perceraian ini berdampak pula terhadap kenakalan remaja di Bengkulu seperti
tawuran, narkoba dan pergaulan bebas.
Dan yang lebih memprihatinkan, kasus pelecehan seksual dari kerabat dekat (incest) di Bengkulu menem pati posisi tertinggi di
Indonesia.
Kapitalisme dan sekularisme yang dibawa oleh negara-negara kafir barat merupakan penyebab
terjadinya penghancuran keluarga
muslim. Negara-negara kafir barat
benar-benar ingin memastikan bahwa tatanan masyarakat (muslim) di masa depan
adalah masyarakat liberal. Yakni
masyarakat yang tidak lagi menjadikan Al Qur’an dan As Sunnah sebagai pedoman
dalam menjalani kehidupan termasuk berkeluarga.
Dalam menjalankan rencana kejinya, negara-negara kafir barat memakai jargon-jargon gender/kesetaraan perempuan,
pengentasan kemiskinan perempuan, penghapusan diskriminasi perempuan,
menghentikan kekerasan terhadap perempuan dan sebagainya. Sesungguhnya ada tujuan besar yang sudah dirancang
Barat. Tujuan semua ide-ide gender yang
disusun dari kesepakatan-kesepakatan gender itu tiada lain adalah untuk tadmir al usroh al muslimin.
Ya, untuk menghancurkan keluarga muslim,
bukan untuk memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi perempuan dan
keluarganya.
Problem sistemik yang menimpa umat tidak boleh dibiarkan. Kerusakan yang terjadi sudah sedemikian
mengerikan, mengancam peran dan fungsi keibuan, merusak identitas generasi muda
dan menghancurkan keluarga. Solusi
paripurna yang mampu menuntaskan problem ini hanyalah solusi yang bersifat
sistemik pula. Solusi yang berasal dari
sebaik-baik Pencipta manusia.
Karena itu Ustadzah Fitri menghimbau perlu membangun
kembali Khilafah Islam yang akan mampu mewujudkan kembali masyarakat Islam, sebagaimana yang
pernah dibangun Rasulullah SAW pasca
Hijrah. Khilafah akan mengantarkan umat ini meraih kembali kemuliaan dan
kejayaannya, sebagaimana pada masa lalu.
Pada materi kedua yang berjudul Peran Politik Mubalighah
Dalam Menyelamatkan Keluarga dan Generasi, Ustadzah Indah Kartika Sari, SP
selaku Ketua DPD I Muslimah HTI Bengkulu mengajak para hadirin yang merupakan
mubalighah, pengurus dan penggerak majelis taklim dan ormas Islam untuk bersama-sama berdakwah dan berjuang
menegakkan Khilafah.
Khilafah sebagai benteng umat akan
menjaga individu tetap terpelihara ketakwaan, keluarga tetap kokoh karena
terfungsikan dengan benar, masyarakat tetap terjaga sebagai mesin kontrol
penguat ketaqwaan dan negara pun menjadi penjaga umat dari celah kerusakan.
Untuk memperjuangkan tegaknya Khilafah tentu saja harus
kembali kepada metode yang dicontohkan Rasulullah. Disinilah peran MT dan ormas Islam
mengembalikan khiththahnya kepada pembinaan-pembinaan yang mengarahkan umat
agar kembali kepada ajaran Islam yang kaafah.
Di akhir
penjelasannya Ustadzah Indah mengingatkan peran sentral ulama dan mubalighah
diantaranya sebagai pewaris para nabi
yaitu sebagai penjaga agama Allah SWT dari
kebengkokan dan penyimpangan. Para ulama, muballigh
dan muballighah juga sebagai pembimbing, pembina dan penjaga umat serta memberi
petunjuk dan menerangi umat sehingga umat tertunjuki pada jalan yang benar.
Selain itu ulama adalah orang yang fakih dalam masalah halal-haram. Ia adalah rujukan
dan tempat menimba ilmu sekaligus guru yang bertugas membina umat agar selalu
berjalan di atas tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Yang lebih penting, kata beliau,
ulama/mubaligh/mubalighah berperan sebagai pengontrol penguasa. Dengan keempat
peran strategis inilah maka umat Islam akan meraih izzahnya kembali.
Acara
ini dihadiri lebih kurang 57 mubalighah
dari kalangan pengurus dan penggerak MT dan ormas Islam di Kota Bengkulu. Pada sesi
diskusi, terihat antusiasme peserta yang menanyakan berbagai pertanyaan
seputar keluarga, khilafah, politik
serta kiprah MHTI. Ini menunjukkan animo perjuangan syariah dan khilafah sudah
mulai dirasakan oleh para mubalighah di Provinsi Bengkulu.