Selasa, 25 April 2017

Reportase Diskusi Publik Kajian Cermin Wanita Shalihah #DPD II Muslimah_HTI_Kota_Bengkulu “Andai Kartini Khatam Mengaji Islam Rahmatan Lil’Alamiin”




Pembicaraan tentang Kartini selalu mengundang kontroversi. Di satu sisi, perjuangan beliau menginspirasi gerakan perempuan untuk menuntut emansipasi.  Namun di sisi lain ada hal-hal  menarik yang tidak pernah diungkap oleh sejarah tentang perjuangan beliau. Inilah yang melatarbelakangi  Muslimah HTI DPD II Kota Bengkulu menyelenggarakan Kajian Cermin Wanita Shalihah  pada Hari Ahad, 23 April 2017 dengan tema “Andai Kartini Khatam Mengaji Islam Rahmatan Lil’Alamiin”.

Feliyanah, S.Pd (Aktivis Muslimah HTI Bengkulu) sebagai narasumber dalam Kajian Cermin Wanita Shalihah kali ini. Beliau mengawali materi dengan melontarkan sebuah pertanyaan  “Benarkah Kartini mengajarkan emansipasi ?.   Narasumber menegaskan bahwa emansipasi bukanlah ajaran Yang dibawa oleh Kartini.  Beliau menyitir beberapa  surat yang ditulis oleh Kartini. Salah satunya berbunyi “Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan bagi anak-anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama” (Surat Kepada Prof.Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902).

Beliau juga menegaskan bahwa kebohongan harus  ditantang dan harus dilawan. Kebenaran harus digaungkan dan harus diungkapkan. Kenyataannya emansipasi adalah lahir dari  ideologi sekuler yang melahirkan pandangan kesetaraan hak antara perempuan dan laki-laki di segala bidang kehidupan. Emansipasi hakikatnya adalah ide yang bertentangan dengan ajaran Islam karena emansipasi ini meniscayakan perempuan melawan ajaran Islam sekaligus bentuk perilaku bebas  perempuan dalam mengatur hidupnya dengan memarjinalkan ajaran Islam.

Sementara itu syariat Islam yang sempurna telah memberikan  perempuan hak berpolitik, hak memperoleh jaminan pendidikan dan kesejahteraan serta keamanan.  Sejarah telah mencatat dengan tinta emas, sosok perempuan-perempuan tangguh yang berkiprah dalam mencetak generasi unggul seperti Aisyah dan al Khansa namun sangat brilyan dalam berpolitik seperti Ummu Salamah, Sumayyah dan Ummu Imarah.  Merekalah yang seharusnya menjadi teladan perempuan masa kini, pungkasnya.

Ketika syariat Islam diterapkan dalam tataran kehidupan maka akan terwujud Islam rahmatan lil áalamiin. Untuk itu beliau mengajak seluruh umat Islam untuk kembali kepada kehidupan Islam. Tak lupa beliau mengajak seluruh peserta yang hadir  bergabung bersama Hizbut Tahrir Indonesia untuk memperjuangkan tegaknya syariah Islam dalam naungan  Khilafah agar Allah melimpahkan barokahNya.

Acara yang dilaksanakan di Masjid al Muhtadin Kota Bengkulu ini dihadiri tidak kurang dari 35 peserta dari berbagai profesi yaitu guru, pelajar dan ibu-ibu majelis taklim.  Peserta begitu antusias mengikuti acara terbukti dari banyaknya pertanyaan yang dilontarkan kepada narasumber. Acara diakhiri do’a kemudian dilanjutkan dengan foto bersama.


Wallahu a’lam bish shawab. 

Pemuda Islam : Think About Palestine Not Valentine

Oleh Najmah Jauhariyyah (Pegiat Sosial Media Bengkulu) Manusia adalah makhluk yang mampu berfikir.  Dengan berfikir manusia menjadi makhlu...