Pembicaraan
tentang Kartini
selalu mengundang kontroversi. Di satu sisi, perjuangan beliau
menginspirasi gerakan perempuan untuk menuntut emansipasi. Namun di sisi lain ada hal-hal menarik yang tidak pernah diungkap oleh
sejarah tentang perjuangan beliau. Inilah yang melatarbelakangi Muslimah HTI DPD II Kota Bengkulu menyelenggarakan Kajian Cermin Wanita Shalihah
pada Hari Ahad, 23 April 2017 dengan tema “Andai
Kartini Khatam Mengaji Islam Rahmatan Lil’Alamiin”.
Feliyanah,
S.Pd (Aktivis Muslimah HTI Bengkulu) sebagai narasumber dalam Kajian Cermin Wanita
Shalihah kali
ini. Beliau mengawali materi dengan
melontarkan sebuah pertanyaan “Benarkah Kartini mengajarkan emansipasi ?. Narasumber menegaskan bahwa emansipasi
bukanlah ajaran Yang dibawa oleh Kartini. Beliau menyitir beberapa surat yang ditulis oleh Kartini. Salah satunya
berbunyi “Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan bagi
anak-anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak
perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena
kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita
lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke
dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama” (Surat
Kepada Prof.Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902).
Beliau
juga menegaskan bahwa kebohongan harus ditantang
dan harus dilawan. Kebenaran harus digaungkan dan harus diungkapkan.
Kenyataannya emansipasi adalah lahir dari
ideologi sekuler yang melahirkan pandangan kesetaraan hak antara
perempuan dan laki-laki di segala bidang kehidupan. Emansipasi hakikatnya adalah ide yang bertentangan dengan ajaran Islam karena emansipasi ini
meniscayakan perempuan melawan ajaran Islam sekaligus bentuk perilaku bebas perempuan dalam mengatur hidupnya
dengan memarjinalkan ajaran Islam.
Sementara itu syariat Islam yang sempurna telah memberikan perempuan hak berpolitik, hak memperoleh
jaminan pendidikan dan kesejahteraan serta keamanan. Sejarah telah mencatat dengan tinta emas,
sosok perempuan-perempuan tangguh yang berkiprah dalam mencetak generasi unggul seperti Aisyah dan al Khansa namun sangat brilyan dalam berpolitik
seperti Ummu Salamah, Sumayyah dan Ummu Imarah. Merekalah yang seharusnya menjadi teladan
perempuan masa kini, pungkasnya.
Ketika syariat
Islam diterapkan dalam tataran kehidupan maka akan terwujud Islam rahmatan lil áalamiin. Untuk itu beliau
mengajak seluruh umat Islam untuk kembali kepada kehidupan Islam. Tak lupa beliau
mengajak seluruh peserta yang hadir
bergabung bersama Hizbut Tahrir Indonesia untuk memperjuangkan tegaknya
syariah Islam dalam naungan Khilafah agar
Allah melimpahkan barokahNya.
Acara yang
dilaksanakan di Masjid al Muhtadin Kota Bengkulu ini dihadiri tidak kurang dari
35 peserta dari berbagai profesi yaitu guru, pelajar dan ibu-ibu majelis taklim.
Peserta begitu antusias mengikuti acara terbukti dari banyaknya pertanyaan yang
dilontarkan kepada narasumber. Acara diakhiri do’a kemudian dilanjutkan dengan foto bersama.
Wallahu a’lam bish shawab.