Pada Hari Minggu tanggal 23 Desember 2018 telah diadakan Bincang Tokoh Kito edisi spesial mengambil tema Risalah Akhir Tahun dengan tema “Menuju Perubahan Hakiki”.
Tahun 2018 diwarnai oleh berbagai peristiwa politik penting yang mempengaruhi pemikiran dan perasaan umat. Kesadaran umat untuk kembali kepada Islam politik terlihat event akbar 212. Pembicara I, Ibu Feliyanah, S.Pd yang membawakan materi dengan tema" Rezim Sekuler sepanjang tahun 2018 (gagal, ingkar janji, Anti Islam dan Antek Asing) menguraikan bahwa selama tahun 2018, BBM mengalami kenaikan lebih dari 2 kali. Dampak dari kenaikan harga BBM ini berpengaruh besar terhadap kenaikan bahan pokok. Penguasa pro kepada asing dan aseng dengan cara membuka kran TKA besar-besaran sedangkan pribumi sendiri banyak yang menjadi pengangguran. Beberapa contoh diatas merupakan point janji yang diingkari oleh penguasa hari ini. Berbagai kerusakan moral anak bangsa, minimnya kesejahteraan masyarakat disebabkan banyaknya janji rezim yang diingkari dan tidak terlepas karena dijauhkannya Islam dari politik dan bernegara. Pemateri 2, ibu Indah Kartika Sari, SP mengangkat materi dengan tema "Menuju Perubahan Hakiki". Beliau menjelaskan bahwa ada 2 faktor menuju perubahan hakiki yaitu Sistem dan pemimpinnya.Beliau juga memaparkan negeri kita hancur seperti saat ini disebabkan oleh diterapkannya sistem yang rusak dan pemimpin yang tidak bertaqwa. Ibarat rumah yang hampir roboh tapi bangunannya hanya di tambal sulam tanpa di rekonstruksi ulang. Dengan begitu, pemilik rumah hanya menunggu waktu robohnya bagunan tersebut. Saat ini kita sangat membutuhkan pemimpin yang selalu mengingatkan rakyatnya untuk taqwa kepada Allah dan mengajak rakyatnya untuk mendakwahkan islam. Pemimpin seperti ini hanya kita dapatkan hanya dalam sistem pemerintahan Islam yaitu dibawah naungan institusi Khilafah 'Ala Minhajin nubuwwah. Acara ini dihadiri oleh lebih kurang 50 orang peserta dan semua peserta setuju bahwa perubahan hakiki akan tercapai dengan ditegakkannya syariat Islam dalam naungan Khilafah.
Dari rumahlah harapan dan cita-cita bermula... Menuju pribadi yang unggul, keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah, masyarakat yang beradab dan negara penuh berkah di bawah naungan cahaya Ilahi...
Rabu, 26 Desember 2018
Bincang Tokoh Kito edisi spesial Risalah Akhir Tahun "Menuju Perubahan Hakiki"
Sabtu, 24 Maret 2018
Wanita, Berdaya Atau Diperdaya ?
#Opini
Oleh Najmah Jauhariyyah (Komunitas Muslimah Raflesia Rindu
Khilafah)
Perbincangan tentang wanita
selalu menarik. Bukan karena
wanita kerap disebut-sebut dalam momen tahunan. Tetapi di balik kelembutannya, ternyata wanita
menyimpan daya besar. Banyak ungkapan
yang menggambarkan kehebatan dan kekuatan
wanita. Begitu hebatnya wanita
sehingga digambarkan wanita adalah tiang
negara. Tak hanya hebat bagi dirinya, wanita ternyata juga
berada di belakang pria hebat . Siapa yang tak kenal sosok BJ Habibie
? Di balik sukses beliau ternyata ada peran istrinya, Ibu Ainun
Habibie.
Konon, sekalipun kurang akalnya, ternyata wanita adalah sosok kuat yang memainkan peran dalam memegang percaturan dunia.
Sebut saja Zeyno Baran, seorang tokoh wanita Yahudi konsultan Nixon
Center yang sempat menjadi penasehat Presiden Bush. Dialah wanita think thank AS yang merancang strategi adu domba di antara
gerakan-gerakan Islam untuk tujuan
menghalangi kebangkitan Islam.
Saat ini, dengan slogan wanita modern, banyak wanita yang berlomba-lomba memberdayakan dirinya. Tak hanya berkarir di
luar rumah, menjadi pemain bola, petinju dan pegulat pun dilakoninya juga. Walau menuai kontroversi, beberapa
wanita pernah menjadi imam
sholat bagi jamaah laki-laki. Sekarang bermunculan sosok polisi dan satpol wanita, kernet sampai
supir bis wanita. Semua itu
menunjukkan bahwa wanita bisa menunjukkan eksistensi dan
kesejajarannya di hadapan pria.
Namun di balik gerakan pemberdayaan wanita yang di usung
feminisme, ada racun berbalut madu yang
mematikan wanita. Ingin berdaya
menopang ekonomi keluarga, wanita justru diperdaya menjadi mesin-mesin uang yang mencabut fitrah keibuan mereka. Ingin berdaya lewat eksistensi keperempuanannya, yang terjadi
wanita diperdaya lewat
eksploitasi tubuhnya demi kepentingan bisnis dengan mengorbankan rasa malu mereka.
Ingin berdaya lewat intelektualnya, justru mereka diperdaya
liberalisasi perempuan dengan
menjual ayat-ayat Allah melalui
rekonstruksi fikih perempuan. Ketika
tiang negara ini rapuh, maka rapuhlah seluruh sendi-sendinya. Bukan bahagia dan sejahtera yang diraih,
namun pemberdayaan yang berujung pada
keretakan keluarga dan hancurnya
generasi.
Pada dasarnya manusia memang makhluk yang menginginkan agar dirinya eksis dan berdaya
guna. Sebab keinginan itu berasal dari
dorongan naluriahnya. Dan itu sah-sah
saja selama tidak melanggar fitrahnya. Oleh karena itu, Allah SWT membatasi eksistensi manusia hanya dengan taqwanya.
“Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian adalah yang
paling taqwa..”(QS Al Hujurat : 13)
Selama perempuan
berpegang dengan taqwa, tak perlu merasa iri dengan kelebihan yang telah Allah
anugerahkan pada laki-laki. Allah SWT
berfirman :
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan
Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena)
bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi
para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah
kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [An Nisaa’
32]
Dari sisi kemanusiaannya, Allah telah mengkaruniakan
laki-laki dan perempuan potensi akal yang membuat mereka menerima beban taklif
yang sama. Dalam hal ibadah (sholat,
puasa, zakat, haji), berdakwah, menuntut
ilmu dan muamalah, laki-laki dan perempuan memiliki kewajiban yang sama. Sementara karena perbedaan jenis, Allah telah membedakan peran laki-laki dan
perempuan dalam kehidupan. Perempuan
memiliki rahim yang mempersiapkan
dirinya menjadi ibu dan pendidik generasi sementara laki-laki dibebankan
kepadanya kewajiban mencari nafkah.
Dengan bentuk tubuh yang “khas”,
perempuan diperintahkan menutup aurat sementara
tubuh laki-laki yang kekar
dipersiapkan untuk menjalankan
kewajiban berjihad. Pembedaan
itu bukanlah untuk tujuan merendahkan perempuan melainkan menjadikan perempuan sosok yang terpelihara
lagi dimuliakan.
Untuk itu tak perlu
menuntut diberdayakan secara fisik karena
Allah telah mempersiapkan perempuan menjadi manusia yang kuat dengan
mengandung calon bayi penerus generasi manusia.
Tak perlu menuntut diberdayakan secara
karir karena Islam telah memberikan perempuan karir terbaik sebagai ibu
dan pendidik generasi. Tak usah menuntut
diberdayakan dalam bidang pendidikan, karena faktanya masa keemasan Islam telah
mewujudkan perempuan-perempuan ulama dan
intelektual. Tak usah menuntut
diberdayaakan dalam bidang ekonomi karena faktanya selama 13 abad hidup dalam
naungan Khilafah, semua perempuan hidup bahagia dan sejahtera.
Mari kita bercermin pada
perempuan-perempuan penghulu ahli surga.
Khadijah yang memberdayakan hartanya untuk perjuangan dakwah suami
tercinta. Fathimah, istri yang
memberdayakan dirinya untuk
berkhidmat dalam rumah tangganya, Maryam yang mewakafkan dirinya untuk
beribadah dengan hidup membujang serta
Asiyah yang mengorbankan nyawanya untuk meninggikan kalimat Allah. Merekalah sosok perempuan sukses dunia akhirat. Berdaya bagi keluarga dan umat. Tak terperdaya dan diperdaya oleh zamannya.
Minggu, 18 Maret 2018
Feminisme Penghancur Khilafah
#Opini
Oleh Najmah Jauhariyyah
(Komunitas Muslimah Raflesia Rindu Khilafah)
Sholawat dan salam terhatur untuk Baginda Rasulullah SAW
yang telah mewariskan dua harta tak
ternilai yaitu Al Quran dan As Sunnah
yang menjaga kita dari kesesatan
selama memegang teguh
keduanya. Sholawat teriring salam juga kita sampaikan kepada sebaik-baik pemimpin umat yang telah
mewariskan negara Khilafah yang agung
selama berabad-abad lamanya.
Negara ini yang telah
merubah wajah dunia. Negara yang
merubah kegelapan menjadi bersinar terang.
Negara yang menghapus
kejahiliyahan berganti
dengan ilmu dan pemahaman. Negara yang mengangkat harkat dan martabat manusia ke posisi tertinggi sebagai khairu
ummah. Di dalam naungannya, lelaki
begitu dihargai, perempuan sangat
dimuliakan.
Dalam negara ini,
perempuan tak perlu ribut menuntut haknya. Tanpa diminta, negara Khilafah telah menjamin semua hak perempuan sejak dia
masih dalam kandungan. Negara
Khilafah memang mempersiapkan perempuan sebagai sahabat laki-laki dalam membentuk
peradaban melalui perannya dalam
mencetak generasi. Sekalipun
perannya memang peran rumahan tapi negara Khilafah memberikan ruang bagi
perempuan untuk aktif dan berkontribusi dalam
dalam pendidikan, kesehatan, dakwah bahkan dalam bidang politik. Terukir dengan tinta emas, beberapa nama
perempuan yang memiliki andil besar
dalam peradaban dunia di masa
itu.
Para feminis mungkin akan terkagum-kagum jika mereka melihat kiprah Maryam Asturlabi dalam bidang astronomi. Mereka
juga akan melongo seandainya
mereka hidup di era Kholifah Umar Bin Khattab yang kebijakannya dikritik oleh seorang perempuan
demi menjalankan peran politiknya.
Mereka juga pasti akan bertobat dari upaya pemberdayaan ekonomi perempuan ketika melihat betapa sejahteranya
perempuan di masa Kholifah Umar bin Abdul Aziz.
Kenyataannya feminisme
adalah salah satu alat yang
digunakan kafir barat untuk menghancurkan Khilafah. Dalam sejarahnya yang panjang
orang-orang kafir selalu
menyimpan kebencian kepada kaum muslimin.
Kebencian itu tertuang dalam perang salib yang berlangsung selama 2 abad
dalam 6 gelombang. Kekalahan telak dalam perang salib membuat orang-orang kafir berfikir untuk membuat strategi baru untuk
menghancurkan kaum muslimin. Strategi
itu adalah menyerang pemikiran kaum muslimin melalui serangan misionaris. Peter
Venerabilis, dialah misionaris Kristen pertama yang merancang penyerangan umat
Islam lewat pemikiran-pemikiran mereka. Peter membuat sebuah pernyataan yang
ditujukan untuk umat Islam, “Aku menyerangmu, bukan sebagaimana sebagian dari
kami (orang-orang Kristen) sering melakukan, dengan senjata, tetapi dengan
kata-kata. Dan bukan dengan kekuatan, namun dengan pikiran; bukan dengan kebencian,
namun dengan cinta”.
Di saat yang sama, kemunduran taraf berfikir membuat umat
Islam terkagum-kagum dengan peradaban barat yang mulai maju sejak revolusi Prancis tahun 1789
masehi. Untuk pertama kalinya
Kekhilafahan membuka pintu bagi masuknya tenaga pendidikan dari barat dan diikuti dengan pengiriman
pelajar-pelajarnya ke berbagai perguruan tinggi di Eropa.
Dampak dari pengiriman para pelajar ke Eropa ternyata sangat
luar biasa. Pemikiran barat mulai
meracuni benak para pelajar Khilafah Utsmani. Untuk pertama kalinya di negara Khilafah
berkembang ide nasionalisme,
liberalisasi ekonomi hingga
feminisme. Adalah Rufa’ah ath Thahthawi,
seorang pelajar yang terpengaruh dengan
pemikiran barat seputar kebebasan perempuan.
Kehidupan sosial Eropa begitu menginsipirasi benaknya
khususnya yang berkaitan dengan pendidikan perempuan, poligami,
pembatasan perceraian dan pembauran dua lawan jenis (ikhttilath).
Tak hanya itu, ide kebebasan perempuan atau feminisme juga
diusung oleh intelektual muslim lainnya.
Pada tahun 1899 Masehi, Qasim
Amin, salah seorang murid Muhammad Abduh
menerbitkan 2 buku yang kental dengan ide feminisme barat. Dua buku itu berjudul Tahriru al Mar’ah
(Kebebasan Wanita) dan Al Mar’ah al Jadiidah (Wanita Modern) yang banyak
menyerang ajaran-ajaran Islam yang terkait dengan perempuan seperti hijab.
Walhasil serangan pemikiran barat telah merontokkan sendi-sendi kehidupan Islam pada masa akhir Kekhilafahan Turki. Apalagi setelah Kemal At Taturk memisahkan kekuasaan dengan kekhilafahan
pada tahun 1922 masehi hingga dihilangkannya Khilafah dari muka bumi pada tahun
1924 masehi. Kamal at Taturk
memerintahkan perempuan menampakkan auratnya, meninggalkan rumah-rumah mereka
dan bercampur baur dengan kaum pria.
Sejak saat itulah episode kelam dari
kehidupan perempuan dimulai.
Referensi :
Visi dan Paradigma Tafsir Al Quran Kontemporer, DR. Abdul Majid Abdus Salam Al Muhtasib
Ad Daulah al Islamiyyah, Syekh Taqiyuddin An Nabhani
#WanitaMuliaDenganIslam
#KhilafahAjaranIslam
Selasa, 13 Maret 2018
Perempuan Dalam Kumparan Kemiskinan
#Opini
Oleh Najmah Jauhariyyah
(Komunitas Muslimah Raflesia Rindu
Khilafah)
Salah satu problem yang dialami
penduduk dunia saat ini adalah problem kemiskinan. Sistem kapitalisme telah menciptakan kesenjangan ekonomi
yang melahirkan kemiskinan
struktural. Dan korban paling banyak
adalah perempuan.
Serangan negara-negara kafir barat ke sejumlah negeri muslim seperti Suriah, Palestina dan Rohingya berefek semakin banyaknya perempuan dimiskinkan. Banyak perempuan di Ghouta yang makan sampah untuk menyambung hidup. Mereka mencuci ulang popok anak-anak mereka dengan air cucian yang sudah berkali-kali dipakai.
Serangan negara-negara kafir barat ke sejumlah negeri muslim seperti Suriah, Palestina dan Rohingya berefek semakin banyaknya perempuan dimiskinkan. Banyak perempuan di Ghouta yang makan sampah untuk menyambung hidup. Mereka mencuci ulang popok anak-anak mereka dengan air cucian yang sudah berkali-kali dipakai.
Nasib buruk juga dialami
perempuan-perempuan Indonesia. Karena kemiskinan, mereka rela pergi
meninggalkan anak dan suami untuk
menjadi tulang punggung keluarga.
Kehidupan mereka sebagai TKW di negeri orang tak jarang dibayangi mimpi
buruk pelecehan seksual dan penyiksaan.
Bengkulu sebagai provinsi termiskin di
Sumatera, secara langsung memberikan efek buruk bagi penurunan kesejahteraan
warganya. Tingginya tingkat kemiskinan di Bengkulu memberikan dampak yang
sangat luas dalam kehidupan hingga tingkat keluarga, terutama bagi kaum
perempuan. Ini terlihat dari banyaknya perempuan yang menjalani beban ganda
atau harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomis keluarga.Kebijakan
pemerintah daerah dalam penerbitan ijin zona pertambangan secara tidak langsung justru menimbulkan
wabah kemiskinan di Provinsi Bengkulu (http://pedomanbengkulu.com/2017/12/kemiskinan-mengorbankan-perempuan/).
Kemiskinan perempuan hari ini menjadi salah satu issu yang terus
digaung-gaungkan para aktivis perempuan. WALHI
Bengkulu yang turut ambil peran dalam
peringatan hari perempuan internasional menilai bahwa kemiskinan
perempuan disebabkan karena masih banyak perempuan yang belum mendapatkan
secara maksimal hak akses dan informasi terkait pengelolaan sumber daya alam di
Provinsi Bengkulu. Lebih dari itu menurut aktivis perempuan, kemiskinan
perempuan lebih banyak dipengaruhi
budaya patriarkhi. Perempuan kurang
diberikan hak sebagaimana laki-laki untuk memberdayakan dirinya secara ekonomi.
Oleh karena itu aktivis perempuan menganggap kesetaraan gender
adalah solusi dari kemiskinan
perempuan. Perempuan diberikan hak yang sama dengan laki-laki di
sektor publik. Jadilah banyak perempuan
yang terjun dalam pemberdayaan ekonomi perempuan. Kondisi
ini menyebabkan kaum perempuan bekerja membantu ekonomi keluarga. Namun alih-alih bisa mensejahterakan ekonomi dan membahagiakan keluarga.
Justru yang terjadi adalah eksploitasi perempuan. Di sisi
lain, ketika kaum perempuan bekerja secara massif di luar rumah, beban ganda menjadi
dilemma yang tak bisa terelakkan. Stress bisa datang sewaktu-waktu dan
seringkali menyebabkan konflik dalam keluarga. Itulah sebabnya kenapa
perceraian suami istri semakin meningkat yang saat ini penyebabnya didominasi
karena faktor ekonomi yaitu eksistensi perempuan di dunia kerja. Fakta yang tak bisa dibantah, munculnya kemandirian ekonomi perempuan
membuat mereka mudah menuntut perceraian. Kondisi
ini diperparah dengan hilangnya fungsi ibu sebagai pendidik
generasi. Dunia kerja yang ketat, membuat para ibu menghilangkan
“perasaan bersalah” meninggalkan kewajiban pengasuhan dan pendidikan anak
melalui tempat penitipan anak (day care). Kecenderungan meningkatnya tingkat kenakalan remaja
(narkoba, miras, pergaulan bebas, tawuran) disinyalir akibat perceraian.. Lalu
bagaimana mungkin perempuan bisa dikatakan sebagai tiang negara kalau kiprahnya
dalam ekonomi justru menyebabkan robohnya ketahanan keluarga dan hancurnya
generasi ??? Sudah selayaknya program
pemberdayaan ekonomi perempuan mendapat kecaman dan kritis pedas atas upaya
yang tidak akan pernah mengentaskan kemiskinan namun justru banyak menuai
kerusakan.
Pada faktanya persoalan
kemiskinan bukan hanya menimpa perempuan.
Siapa pun yang hidup dalam sistem kapitalisme akan merasakan kesulitan
hidup yang merata. Semua ini karena
sistem kapitalisme telah menganakemaskan para pemilik modal untuk bebas
menguasai hajat hidup rakyat banyak. Pada akhirnya rakyat dipaksa untuk membayar
harga yang tinggi untuk memperoleh akses
pelayanan ekonomi, pendidikan dan kesehatan.
Di sisi lain, kafir barat melalui
antek-anteknya dari kalangan penguasa, ulama su’ dan inteletual terus menerus
menggembosi rakyat dengan kriminalisasi ajaran Islam. Kampanye hitam tentang syariat Islam yang
mengatur perempuan terus menerus dilancarkan.
Teranyar adalah kriminalisasi cadar oleh rektor IAIN yang notabene pimpinan perguruan tinggi Islam. Padahal ajaran Islamlah yang sesungguhnya telah memuliakan sekaligus
mensejahterakan manusia tidak terkecuali
perempuan.
Melalui pemberlakuan sistem
ekonomi yang cemerlang, Kholifah Umar Bin Abdul Aziz telah berhasil
mengentas kemiskinan sehingga dalam waktu 2 tahun selama masa pemerintahannya,
tidak ada satupun rakyatnya menjadi penerima zakat. Kholifah Umar bin Khattab telah membantu seorang janda untuk lepas dari kemiskinan
dengan pemberian bahan makanan secara cuma-cuma. Tak hanya warga muslim yang menikmati
kesejahteraan namun juga warga non muslim. Sorang Yahudi tua peminta-minta pada masa
Kholifah Umar diberikan jaminan hidup
sepanjang hayatnya dari kas baitul maal.
Demikianlah penerapan syariat
Islam dalam sistem Khilafah telah berhasil mengeluarkan manusia yang hidup di dalamnya
dari kumparan kemiskinan. Sementara
program pemberdayaan ekonomi perempuan a la
feminis sama sekali tidak mensejahterakan perempuan malah menjatuhkan
perempuan dalam kumparan kerusakan.
#PerempuanMuliaDenganIslam
#PerempuanDanIslam
#SelamatkanPerempuanDenganKhilafah
#KhilafahAjaranIslam
#KhilafahSejarahKita
#BanggaBicaraKhilafah
#IslamRahmatanLilAalamiin
Jumat, 02 Maret 2018
Ghouta, Doa Dan Menolak Lupa
#Opini
Oleh Najmah Jauhariyyah
(Komunitas Warga Bengkulu Rindu Khilafah)
(Komunitas Warga Bengkulu Rindu Khilafah)
Ghouta, hingga detik ini masih menjadi saksi tumpahnya darah
ratusan kaum muslimin. Ghouta adalah satu dari sekian banyak rentetan tragedi
berdarah yang menimpa umat Islam. Sebelumnya Palestina, Rohingya dan beberapa
negeri Islam telah mengalami peristiwa memilukan yang menyayat jiwa. Kaum
muslimin bukan sedang berperang. Mereka sedang dibantai oleh musuh-musuh Islam
yang tidak pernah senang dengan kejayaan Islam dan kaum muslimin.
Padahal ribuan tahun lalu, Baginda Nabi telah mengingatkan kita
dengan sabdanya, “Sesungguhnya hancurnya dunia, itu lebih ringan di sisi Allah,
dari pada TERBUNUHNYA SEORANG MUSLIM.” (HR. Nasa’i 3987, Turmudzi 1395, dan dishahihkan
Al-Albani).
Kini jutaan nyawa kaum muslimin tidak lagi berharga. Para
penguasa umat Islam menganggap dunia lebih berharga dari pada nyawa kaum
muslimin. Di tengah-tengah situasi mencekam yang terus meliputi Ghouta,
penguasa Indonesia masih sempat pergi nonton film Dylan di bioskop. Seolah-olah
sosok Dylan lebih berharga dari pada nyawa anak – anak Ghouta.
Sejatinya Ghouta dan Indonesia ibarat saudara sekandung. Aqidah
Islamlah yang seharusnya menyatukan mereka. Namun sekat-sekat nasionalisme
telah merusak ikatan aqidah yang suci ini. Hingga hilanglah sabda Rasul dari
ingatan mereka.
"Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai,
sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota
tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit
juga, dengan tidak bisa tidur dan demam“ (HR Bukhori Muslim)
Peristiwa demi peristiwa pembantaian keji kaum muslimin di
berbagai wilayah telah berlangsung di depan mata. Namun hingga kini belum ada
satu pun penguasa kaum muslimin yang mengangkat senjata membebaskan mereka.
Mereka hanya bisa mengecam dan mengutuk. Hati mereka terserang penyakit wahn
yang parah sehingga tidak bisa lagi merasakan derita sakit yang menimpa umat
Islam.
Sebagian besar umat Islam dunia bagaikan buih di lautan yang
terombang ambing tak lagi punya kekuatan. Saat mereka melihat dan mendengar
tragedi Ghouta, hanya kecaman dan doa yang terdengar. Anak-anak dan perempuan
Ghouta tak lagi berharap pada pertolongan saudara-saudaranya di luar sana. Mereka
hanya bisa pasrahkan semuanya pada hari pengadilan Sang Maha Perkasa.
Jangan lupa, Ghouta dan seluruh negeri Islam yang tertindas
hanyalah satu dari sekian efek buruk dari tragedi besar yang menimpa umat pada
abad ke 19. Tanggal 3 Maret 1924 adalah hari yang tidak pernah akan terlupakan
dalam ingatan. Induk segala kebaikan selama lebih kurang 13 abad yaitu negara
Khilafah yang memayungi seluruh umat Islam sedunia telah dihancurkan Kemal At
Taturk, pengkhianat umat yang notabene agen Inggris.
Ketika Sang Junnah hilang, doa-doa yang terlantun seakan-akan
senjata yang tumpul. Al Quran bagaikan singa yang tak bertaring. Bukankah doa
sudah sering kita lantunkan untuk keselamatan saudara-saudara kita di
Palestina, Rohingya juga Ghouta ? Bantuan kemanusiaan pun sudah banyak kita
kirimkan. Orang-orang kafir barat ternyata tidak takut dengan doa dan bantuan
kita. Dalam sejarah umat Islam yang panjang, musuh – musuh Islam hanya takut
kepada jihad dan Khilafah !!
Jangan lupa, Allah menyuruh kita untuk tidak hanya berdoa tapi
juga berusaha. Berusaha untuk merubah nasib kita !! Berusaha agar Khilafah
sebagai taaj al furudh (mahkota kewajiban) kembali lagi ke pangkuan kaum
muslimin.
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai
mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS Ar Ro’du : 11)
Jangan lupa dengan perjuangan Sultan Muhammad II, seorang
Kholifah yang terkenal dengan gelar al Faatih (Sang Pembebas). Sebuah kisah
indah kolaborasi antara doa, jihad dan Khilafah menjadi kekuatan besar yang
digunakan kaum muslimin untuk mewujudkan janji Allah yaitu menaklukkan Kota
Konstatinopel.
Malam hari, mereka habiskan waktu dengan sujud dan untaian
doa-doa panjang agar Allah memenangkan mereka. Di siang hari, mereka terus
melakukan jihad dan berfikir keras untuk menaklukkan Konstantinopel termasuk
melakukan upaya di luar logika manusia seperti menjalankan kapal di daratan.
Dengan ijin Allah, Konstantinopel akhirnya berhasil ditaklukkan dalam waktu 50
hari pada tahun 1453 M.
Walhasil, Ghouta, Palestina, Rohingya dan semua negeri kaum
muslimin yang tertindas hanya akan bebas melalui tangan seorang Kholifah dan
tentaranya melalui jihad diiringi kekuatan doa kaum muslimin.
Oleh karena itu, tidak ada aktivitas yang lebih penting bagi
kaum muslimin saat ini selain berjuang menegakkan Khilafah melalui dakwah yang
dicontohkan oleh Rasulullah. Perjuangan penegakkan Khilafah saat ini sudah
mencapai hasil yang menggembirakan. Kesadaran kaum muslimin tentang urgensi
adanya Khilafah telah mencapai level yang mengagumkan. Maka jadilah kita semua
menjadi saksi sekaligus pelaku datangnya pertolongan Allah yaitu tegaknya
Khilafah jilid kedua di akhir zaman ini.
Dan jangan lupa selalu lantunkan doa terbaik untuk keselamatan
kaum muslimin Ghouta dan kembalinya Khilafah dalam waktu dekat.
اللهمّ سلّم إخواننا في غوطة
و سائر البلاد المسلمين المظلومين...
Ya Allah selamatkanlah saudara-saudara kami di Ghouta dan seluruh negeri-negeri Islam yang tertindas...
Ya Allah selamatkanlah saudara-saudara kami di Ghouta dan seluruh negeri-negeri Islam yang tertindas...
اللهمّ عجّل لنا ..عجّل لنا
بإقا مة الخلا فة على منهاج النبوّة...
Ya Allah, segerakan bagi kami...segerakan bagi kami… tegaknya Khilafah yg berdiri dg metode kenabian...
Aamiin Ya Rabbal ‘aalamiin…
Ya Allah, segerakan bagi kami...segerakan bagi kami… tegaknya Khilafah yg berdiri dg metode kenabian...
Aamiin Ya Rabbal ‘aalamiin…
Minggu, 25 Februari 2018
Bercocok Tanam Di Jalan Berlobang
#Opini
Oleh Najmah Jauhariyyah
(Komunitas Warga Bengkulu Rindu
Khilafah)
Warga Bengkulu sekarang punya hobby
baru yaitu bercocok tanam di jalan yang berlubang. Memang
tanaman tersebut tidak akan
pernah tumbuh dengan subur. Sebab fungsinya hanya untuk menutupi jalan
yang berlobang sehingga menghindarkan pengguna jalan dari kecelakaan.
Jalan-jalan provinsi di 10 kabupaten
dan kota Bengkulu ternyata banyak sekali
yang rusak. Coba kita susuri jalan di sepanjang Jembatan Rawa Makmur Kota
Bengkulu. Jalan sudah tidak karuan lagi
bentuknya karena banyak yang berlobang.
Bukan cuma lobang-lobang kecil lagi tapi sudah banyak yang
besar-besar. Bagi anda yang berkendaraan, harus ekstra hati-hati sebab sudah banyak kasus pengendara motor yang terjatuh di sana. Sudah banyak mobil yang macet tidak bisa jalan karena terjebak dalam lubang yang menganga. Sampai-sampai penulis membayangkan jembatan
itu akan ambruk apabila jalan tidak segera diperbaiki.
Sementara itu kondisi jalan di
pinggiran Kota Bengkulu juga tak kalah memprihatinkan. Jalan di Jalan WR.
Supratman Kelurahan Kandang Limun, Kota Bengkulu misalnya butuh perhatian.
Kondisi jalan yang menjadi kewenangan provinsi tersebut kini banyak berlubang
dan meresahkan pengguna jalan dan masyarakat yang tinggal di sekitar jalan
tersebut
(http://pedomanbengkulu.com/2017/12/jalan-berlubang-di-kandang-limun-bahayakan-pengguna-jalan/).
Masyarakat secara swadaya sudah
menambal jalan dengan semen. Untuk lubang yang besar dan menganga warga
memasang ban bekas agar tidak membahayakan pengguna jalan.
Bagaimana dengan jalan-jalan provinsi yang ada di
Kabupaten ? Ternyata kondisinya sama
saja. Di Kabupaten Rejang Lebong, warga
pun menanami jalan berlobang besar itu dengan tanaman pisang. Kepala Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Rejang Lebong yang meninjau lokasi, terkejut dengan besarnya lobang jalan dan
mengkhawatirkan para pengguna jalan jika
jalan berlobang itu tidak segera
diperbaiki
(http://pedomanbengkulu.com/2018/02/bpbd-tinjau-jalan-rusak-yang-ditanam-pohon-pisang/).
Mengingat jalan merupakan salah satu sarana penting
dalam aktivitas sehari-hari, maka selayaknya pemda provinsi menaruh perhatian
besar terhadap pembangunan infrastruktur
yang penting ini. Apalagi APBD 2018 yang
baru saja disahkan diprioritaskan untuk kebutuhan rakyat Bengkulu khususnya pembangunan jalan dan perbaikan
RSUD (http://berita86news.blogspot.co.id/2017/12/apbd-2018-kota-bengkulu-di-sahkan.html).
Janji-janji kampanye setiap calon
gubernur Bengkulu juga mengusung perbaikan infrastruktur. Rakyat bahkan kadung percaya bahwa gubernur Bengkulu
adalah orang-orang yang punya jaringan modal besar sehingga bisa
mendatangkan dana pembangunan besar ke Bengkulu.
Namun janji tinggal janji. Tiga orang
gubernur Bengkulu terjerat kasus
korupsi. Bahkan mantan gubernur Ridwan
Mukti resmi ditahan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) karena dugaan korupsi proyek pembangunan jalan di Bengkulu yang
dibiayai APBD. Sementara dalam kasus korupsi mantan gubernur Agusrin
Najamuddin, APBD Bengkulu telah merugi Rp. 20 milyar
(https://www.jpnn.com/news/korupsi-apbd-bengkulu-rp20-m).
Begitulah sistem demokrasi telah
membuat pemimpin tega membohongi dan menzhalimi
rakyatnya. Penguasa dalam sistem
demokrasi menjadikan hubungan dengan
rakyatnya adalah hubungan bisnis untuk kepentingan kekuasaan 5 tahun
sekali. Dalam pembangunan infrastruktur, penguasa berkongkalingkong
dengan pihak swasta. Swasta yang pada
dasarnya ingin untung besar seringkali
memanipulasi kebutuhan materiil pembuatan jalan sehingga
jalan yang dibuat cepat rusak.
Gara-gara jalan rusak, nyawa
manusia banyak yang melayang. Pengendara yang berusaha menghindari jalan
berlubang, malah terjatuh dan kemudian terlindas kendaraan yang melaju di
belakangnya. Lalu mana tanggung jawab pemerintah daerah yang tak peduli dengan
nyawa manusia akibat jalan rusak dan berlubang yang lambat diperbaiki atau tak
pernah diperbaiki (atau malah sering diperbaiki tetapi uangnya dikorupsi
sehingga kualitas perbaikan jalan tak semestinya) ?
Kontras sekali dengan penguasa di
zaman keemasan Islam. Penguasa adalah
penanggung jawab semua urusan umat.
Bahkan penguasa bertindak sebagai perisai yang melindungi rakyat.
والأميرُ راعٍ وَهُوَ
مسئولٌ عنْ رَعِيَّتِهِ. (متفق عليه)
Seorang penguasa adalah
pemimpin. Dan dia bertanggung jawab
terhadap yang diurusnya (HR Muttafaqun alaihi)
إِنَّمَا الْإِمَامُ
جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
“Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu
perisai, dimana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan
berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim,
Ahmad, Abu Dawud, dll)
Teringat kisah Umar bin Khattab tentang jalan berlubang di Irak. Amirul
mukminin yang terkenal tegas dan tegar dalam memimpin kaum muslimin tiba-tiba
menangis, dan kelihatan sangat terpukul. Informasi tentang peristiwa yang terjadi di tanah Iraq
telah membuatnya sedih dan gelisah. Seekor keledai tergelincir kakinya dan
jatuh ke jurang akibat jalan yang dilewati rusak dan berlobang. Melihat
kesedihan khalifahnya, sang ajudan pun berkata: “Wahai Amirul Mukminin,
bukankah yang mati hanya seekor keledai?” dengan nada serius dan wajah menahan
marah Umar bin Khattab bekata: “Apakah engkau sanggup menjawab di hadapan Allah
ketika ditanya tentang apa yang telah engkau lakukan ketika memimpin rakyatmu?”
Dalam redaksi lain yang pernah saya
dapatkan Umar bin Khattab berkata, “Seandainya seekor keledai terperosok di
Kota Baghdad karena jalanan rusak, aku sangat khawatir karena pasti akan
ditanya oleh Allah Ta’ala, ‘Mengapa kamu tidak meratakan jalan untuknya ?"
Sementara pada masa kekhilafahan setelah Umar, para
Kholifah sangat menaruh perhatian besar pada pembangunan insfrastruktur. Sejak
tahun 950, jalan-jalan di Cordoba sudah diperkeras, secara teratur dibersihkan
dari kotoran, dan malamnya diterangi lampu minyak.
Islam dengan institusi Khilafahnya
akan membangun berbagai infrastruktur demi melayani dan memudahkan urusan
rakyat. Pembangunan infrastruktur seperti sekolah, rumah sakit, jalan raya,
terminal, pelabuhan dan lain sebagainya dilakukan dalam rangka melayani
kebutuhan rakyat. Negara juga akan berusaha membangun infrastruktur dengan dana
mandiri tanpa membebani rakyat, apalagi mengandalkan dana dari utang luar
negeri.
Khilafah akan membangun
infrastruktur dengan dana Baitul Mal, tanpa memungut sepeserpun dana
masyarakat. Apakah itu mungkin? Tentu, sangat mungkin. Dengan kekayaan milik
umum yang dikuasai dan dikelola oleh negara, maka tidak ada yang tidak mungkin.
Ini sudah dibuktikan dalam sejarah Khilafah di masa lalu, baik di zaman
Khulafa’ Rasyidin, Umayyah, ‘Abbasiyyah hingga ‘Utsmaniyyah. Contoh mutakhir
adalah proyek pembangunan rel kereta api yang menghubungkan Hijaz, Syam hingga
Istambul. Proyek ini dibangun oleh Sultan Abdul Hamid II hanya dalam waktu 2
tahun. Bukti peninggalan ini masih bisa dilihat di Madinah. Bahkan, hebatnya
Sultan Abdul Hamid II membangunnya dengan dana pribadinya.
Begitulah Islam dengan negara
Khilafahnya berhasil memenuhi kebutuhan rakyatnya dalam pembangunan
infrastruktur. Semua itu didukung oleh
pelayanan prima dari penguasa yang
dibacking sistem ekonomi yang tangguh.
Di masa itu, tak ada cerita
rakyat bercocok tanam di jalan-jalan
berlobang.
#KhilafahAjaranIslam
#KhilafahSejarahKita
#BanggaBicaraKhilafah
Stress Melanda, Zikrullah Obatnya
#Opini
Oleh Najmah Jauhariyyah
(Komunitas Warga Bengkulu Perindu Khilafah)
Semakin modern zaman, ternyata jenis
penyakit juga semakin beraneka
ragam. Penyakit populer yang sering
melanda manusia zaman now adalah stress. Stress adalah gangguan
mental yang dihadapi seseorang akibat adanya tekanan. Tekanan ini muncul dari
kegagalan individu dalam memenuhi kebutuhan atau keinginannya. (https://id.wikipedia.org/wiki/Stres)
Salah satu indikasi
seseorang terkena penyakit stress adalah tidak fokus dalam melakukan aktivitas, menangis
sampai melakukan tindakan-tindakan yang tidak masuk akal dan tidak normal
bahkan membahayakan dirinya dan orang lain (https://halosehat.com/penyakit/stres/penyebab-stress). Akibat
putus cinta, seorang pemuda stress dan nekat naik menara sutet lalu mengancam bunuh diri. Beban ekonomi yang sulit
telah membuat seorang ibu stress lalu tega membunuh
anaknya.
Di
Bengkulu sendiri, tingkat stress warganya semakin lama semakin meningkat (http://harianrakyatbengkulu.com/ver3/2014/10/22/warga-bengkulu-stres-tambah-banyak/).
Banyaknya warga Bengkulu yang stress membuat RSJKO kewalahan untuk
menyediakan anggaran untuk perawatan (biaya makan minum dan ruang
perawatan). Rata-rata penyebab stress warga Bengkulu adalah tekanan
ekonomi, putus cinta, gagal masuk PTN
hingga kehilangan orang yang dicintai. Rata-rata
penderita stress adalah warga usia produktif kisaran 16 tahun sampai 70 tahun.
Stress
tak hanya melanda rakyat kebanyakan namun juga melanda para pejabat negara
hingga politikus. Banyak politikus stress yang masuk RSJ karena kalah pilkada
atau gagal jadi anggota dewan. Pejabat
negara rupanya juga ikut-ikutan stress akibat hutang negara membengkak. Akibatnya mereka
membuat kebijakan yang merugikan rakyat. Impor garam dan pemakaian dana haji untuk
biaya infrastuktur merupakan indikasi pejabat negara stress sehingga kebijakan yang
dibuat banyak yang tidak masuk akal. Tekanan asing yang tidak menghendaki Islam
Ideologis berkembang di Indonesia,
menyebabkan pemerintah mengalami “stress
berat” sehingga secara membabi buta mengkriminalisasi ormas Islam dan para ulama.
Kehidupan
yang kian hari bertambah sulit disinyalir menjadi penyebab utama stress
melanda. Persaingan untuk mengejar uang, jabatan dan prestise membuat manusia bertingkah rakus seperti hewan. Gaya hidup yang berorientasi fun, food dan
fashion menjadikan orang tidak lagi berfikir aspek
kemanusiaan, akhlak apalagi ruhiyah.
Kehidupan manusia nyaris seperti robot.
Kaya tapi tak menikmati hidup.
Sehat secara fisik tapi hati dan jiwanya lemah. Pintar tapi
punya sifat dengki dan dendam.
Tentu saja obat medis takkan cukup
mengobati kepala pusing akibat stress.
Pusing akan hilang sesaat tapi hati tetap was-was tak tenang. Ketika iman dalam kondisi tidak stabil, orang yang dilanda stress cenderung mengambil jalan pintas seperti bunuh diri atau menenggak miras/narkoba.
Benarlah kata Opick bahwa obat
mujarab dari stress adalah mengingat Allah (zikrullah).
Allah berfirman :
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Artinya (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS Ar-Rad : 28)
Mengingat Allah atau
zikrullah tak cukup lisan melafazhkan kalimat thoyyibah di majelis –
majelis zikir. Membuat hati tenang dan
bahagia tak cukup dengan mengikuti kajian-kajian
tazkiyyatun nufus dan training – training ESQ.
Menurut Al Qarafi
dalam Kitab Ad Dakhirah (lihat Kitab Min Muqawwimat hal 131), zikir yang utama itu adalah mengingat Allah ketika melaksanakan perintah dan menjauhi
laranganNya. Makna zikrullah yang sebenarnya adalah ketika kitabullah
dipahami makna-maknanya dan diterapkan hukum-hukum yang terkandung di dalamnya. Makna
zikrullah juga berarti idrak shillah billah yaitu kesadaran penuh terhadap hubungannya dengan Allah manakala berbuat. Jadi zikrullah sebenarnya adalah taqwa ilaLlah
dengan menjadikan hukum-hukum Allah sebagai satu-satunya solusi
persoalan manusia baik dalam kehidupan individu sampai kehidupan negara.
Tatkala
masalah mendera,bagi orang yang beriman tidak ada solusi yang lebih ampuh selain ingat kepada Allah serta
janji-janjiNya, takut kepada azabNya
yang pedih dan selalu ridho dengan
ketetapanNya. Pemahaman terhadap masalah qodho yang benar tidak akan
membuat seorang pemuda berlarut- larut
dalam masalah karena dia yakin jodoh di tangan Allah. Seorang ibu tidak akan membunuh anaknya
karena dia yakin
rezki itu dari Allah sementara membunuh jiwa yang diharamkan Allah
membunuhnya adalah dosa besar.
Namun
kesholihan individu tak cukup untuk
meredam penyakit stress. Pemberantasan
penyakit stress juga memerlukan
kesholihan negara dengan penerapan hukum-hukum Allah secara keseluruhan.
Di masa kekhilafahan, stress adalah
penyakit langka. Manusia yang hidup
dalam naungan sistem Khilafah merasakan
ketenangan, kebahagiaan dan kesejahteraan
yang nyata. Pasalnya, penguasa memberikan jaminan kehidupan yang memanusiakan
manusia.
Nasib Omar Bakri
yang stress nyambi sana sini tak pernah ada di
era Kholifah Umar bin Khattab. Pada masa kekhalifahan Umar bin
Khattab, terdapat kebijakan pemberian gaji kepada para pengajar Al-Qur’an
masing-masing sebesar 15 dinar, di mana satu dinar pada saat itu sama dengan
4,25 gram emas. Jika satu gram emas Rp. 500.000,00 dalam satu dinar berarti
setara dengan Rp 2.125.000,00. Dengan
kata lain, gaji seorang guru mengaji adalah 15 dinar dikali Rp 2.125.000, yaitu
sebesar Rp 31.875.000,00. Di masa
Umar pula seorang janda yang sempat stress karena melihat anak- anaknya kelaparan
akhirnya bahagia karena diberikan secara cuma-cuma bahan makanan yang
dipikulkan sendiri oleh Kholifah Umar di atas pundaknya.
Kalau pun terkena stress, Kholifah al Manshur pernah membangun rumah sakit di Kairo yang melayani pasien penderita gangguan kejiwaan. Rumah sakit ini dilengkapi dengan musik lembut dan aroma terapi. Layanan diberikan tanpa membedakan ras, warna kulit dan agama pasien; tanpa batas waktu sampai pasien benar-benar sembuh. Selain memperoleh perawatan, obat dan makanan gratis tetapi berkualitas, para pasien juga diberi pakaian dan uang saku yang cukup selama perawatan.
Penyakit stress melanda karena sistem kapitalisme yang menjadikan manusia memiliki kekeringan ruhiyah. Sistem inilah yang meniadakan zikrullah dalam semua aspek kehidupan. Jika rakyat Indonesia ingin hidup tenang dan bahagia maka obatnya adalah mengembalikan zikrullah kepada makna sebenarnya yaitu penerapan sistem Islam secara kaafah dalam naungan Khilafah. Niscaya Indonesia berzikir tak sekedar jargon belaka.
#KhilafahAjaranIslam
#KhilafahSejarahKita
#BanggaBicaraKhilafah
Langganan:
Postingan (Atom)
Pemuda Islam : Think About Palestine Not Valentine
Oleh Najmah Jauhariyyah (Pegiat Sosial Media Bengkulu) Manusia adalah makhluk yang mampu berfikir. Dengan berfikir manusia menjadi makhlu...
-
Muslimah HTI Kampus Provinsi Bengkulu menyelenggarakan Diskusi Publik Mahasiswi “Mengenal Sistem Pendidikan Di E...
-
Muslimah HTI Bengkulu menyelenggarakan "Kajian Cermin Wanita Shalihah “Perempuan dan Anak Mulia, Bahagia, ...
-
AGAR RAMADHAN LEBIH BERMAKNA (Tulisan ini dimuat di Harian Rakyat Bengkulu, Jumat 20 Juli 2012) ...