Senin, 07 Desember 2015

Belajar Bahasa Arab Dari Semut




Dalam belajar bahasa arab, terkadang metode dan guru tak lagi menjadi penarik hati untuk terus istiqamah belajar.

Walau metodenya bagus,  gurunya interaktif, kapabel apalagi baik hati, tetap saja tak bisa membuatnya tertarik untuk terus dan terus mengerjakan latihan.

Ada yang baru berjalan beberapa langkah, tapi kemudian mundur dan tak melanjutkan lagi.

Ada yang sudah separo jalan, tiba-tiba terhenti di tengah jalan.

Bahkan ada yang sdh hampir mencapai finish,  tiba2 stagnan di persimpangan jalan.

Dan lagi2, kita terlalu banyak berasumsi..

Selalu saja terbayang dalam benak kita, seolah-olah banyak sekali   kesulitan dalam belajar bahasa arab.  Bahasa arab itu sulit, teorinya banyak dan prakteknya susah. Tapi jarang memikirkan tentang banyak hal positif yang kita dapatkan jika kita mahir bahasa arab. Pandai bercakap-cakap dalam bahasa arab, menulis  dan membaca teks-teks arab dalam al Quran dan hadist, ibadah dan zikir menjadi lebih khusu', jadi lebih faqqih fiddin dll.

Kenapa kita tidak tanamkan dalam benak  kita bahwa "aku mau bisa,  aku harus bisa dan aku paaasti bisa".. ketimbang "aku menyerah, aku kalah dan aku berhenti saja.."

Tidakkah kita bercermin pada kehidupan seekor hewan kecil bernama semut.  Walaupun dengan segala keterbatasannya, namun semut punya semangat  pantang menyerah.  Walau harus jatuh berulang kali ketika menaiki tembok sambil membawa beban makanan.  Tapi tekadnya sudah bulat.  Aku harus  bisa.

Drama semut kecil ini ternyata begitu menginspirasi seorang ulama ilmu nahwu yang terkenal, Al Kisa'i.  Beliau hampir putus asa karena tak kunjung menguasai ilmu nahwu.  Sampai akhirnya beliau mengamati bagaimana perjuangan hidup seekor semut.  Andai saja beliau menyerah dalam belajar ilmu nahwu tentu  kita sekarang tidak mendapatkan kemudahan dalam memahami bahasa arab.

Jadi...

Betapa pun banyak  level yang kita harus jalani..Berapa pun banyak latihan yang harus kita kerjakan...Betapa pun lama waktu yang harus kita tempuh...dan betapa pun banyaknya infaq yang sudah kita keluarkan..yakinlah di sana pasti terbentang   jalan keberhasilan untuk mahir dan jago bahasa arab.

Dan untuk bisa istiqamah belajar bahasa arab..

tak selalu semut yang menjadi sumber motivasi dan  inspirasi...

======

Minat join bersama #Sajadah ?

Ketik Info #Sajadah

Kirim pesan whatsapp ke nomor

0813 6653 5486

===

Temui kami di Social Media

๐Ÿ‘‡๐Ÿ‘‡๐Ÿ‘‡๐Ÿ‘‡✅
INSTAGRAM:
LisanMulia

Twitter:
@LisanMulia

BBM:
74117777

Fanpage:
facebook.com/lisanmulia

Salam Ukhuwwah

๐Ÿ‘‹

Mau Mencoba, Itu Kuncinya

By. Indah

Ketika anda ikut dalam sebuah kursus bahasa arab, sudahkan anda membuat target capaian ? Misalnya ikut program #Sajadah..dalam waktu 3 bulan, target anda  mahir bahasa arab.

Kalo anda  pemula, targetnya adalah  mahir di teori inti bahasa arab dan mampu membuat kalimat sederhana…
Bagi yang sudah tingkat lanjutan, targetnya adalah dapat menterjemahkan teks-teks arab dan lancar bercakap-cakap bahasa arab fushah…

Tentu harapan itu tidak akan jadi kenyataan jika anda hanya menyimpannya dalam benak. Perlu langkah-langkah jitu untuk mencapai kesuksesan anda.  Dan itu berawal  dari “Mau Mencoba”..

"Mau Mencoba" adalah kunci untuk membuka pintu sukses. Sebab, dengan mencoba, Anda akan tahu bagaimana kesalahan, kegagalan, kesulitan, sehingga membuka pintu kemajuan bahasa arab anda.

Mari mencoba dengan melakukan beberapa  langkah berikut ini:

1. Mencoba untuk memperbaharui niat kembali. Tanamkan selalu  keikhlashan dalam belajar bahasa arab semata-mata untuk melaksanakan kewajiban thalabul ilmi dalam rangka meraih keridhaan Allah.  Jauhkan belajar bahasa arab karena prestise juga karena mengikuti trend.. Bisa jadi kegagalan kita dalam bahasa arab berawal karena kurang ikhlasnya kita dalam belajar.

2. Mencoba memantapkan tujuan belajar bahasa arab.  Ingat-ingat selalu  tujuan kita belajar adalah untuk memahami bahasa al quran dan al Hadits agar lebih paham agama. Mungkin kegagalan kita belajar karena kita kurang fokus pada tujuan utama. Salah tujuan  bisa berakibat konsistensi kita seringkali putus di tengah jalan. Jadi kalau memang awalnya hanya belajar percakapan  karena ada rencana pergi ke tanah arab, setelah itu lanjutkan dengan belajar kaidah-kaidahnya.

3. Mencoba memperlancar bacaan al Qurรคn dan menulis tulisan arab. Mau tidak mau, lancarnya bacaan al Quran menjadi syarat utama keberhasilan kita belajar bahasa arab. Kaidah-kaidah bahasa arab sangat berhubungan dengan kaidah membaca al Quran. Kesalahan dalam panjang pendek bisa merubah arti. Fatal kan akibatnya.

4. Mencoba mencari metode belajar yang membuat kita merasa nyaman belajar.  Di #Sajadah, peserta sudah mengakui bahwa mereka merasa nyaman  belajar  tanpa dikejar-kejar deadline. Kenyamanan dalam belajar memudahkan kita memahami pelajaran yang kita terima dari pembimbing.

5. Mencoba merutinkan latihan. Rasulullah mengajarkan untuk selalu merutinkan amal kebaikan walaupun sedikit. Dari pengalaman yang ada, jika seseorang mendawamkan latihan, maka pengaruhnya akan terus menempel di benak.  Merutinkan latihan juga akan mencegah masuknya rasa malas, shg akhirnya membuat kita vakum belajar.

6. Mencoba mengatur ulang waktu kita.  24 jam akan terasa produktif dan efektif  jika kita memanage dengan baik. Sesibuk apapun, tetap masukkan agenda belajar bahasa arab dalam  prioritas pembagian waktu harian kita. Kita bisa memilih waktu-waktu fresh untuk mengerjakan latihan.

7. Mencoba untuk selalu sharing dengan pembimbing  jika ada kesulitan dalam mengerjakan latihan. Pembimbing akan dengan senang hati memberikan kunci jawaban latihan.  Jika anda merasa kurang puas dengan hasil latihan anda, mintalah kepada pembimbing tambahan latihan sampai anda memahaminya.

8. Mencoba untuk mengiqab (menghukum-red) diri kita sendiri saat kita merasa tidak mengalami progress dalam belajar.  Ini yang dilakukan para pembelajar bahasa arab di masa lampau.  Salah satunya dengan  cara memberikan infaq.   Mudah-mudahan ini menjadi washilah agar Allah memudahkan kita memahami bahasa nabiNya..

Selamat mencoba…

http://lisanmulia.com/

Melihat "Kegagalan" Dari Kacamata Bahasa Arab



by: Indah

Kadang kita merasa putus asa dengan latihan bahasa arab yang tak juga mengalami kemajuan. Bahkan kita cenderung untuk stop belajar. Lantas menganggap kita gagal dalam memahami bahasa arab.

Kita sering merasa gagal setelah mengerjakan latihan tapi hasilnya tak memenuhi target setelah membandingkannya dengan kunci jawaban latihan.

Atau kita merasa gagal bahasa arab setelah kita berusaha menterjemahkan teks-teks arab, tapi tak bisa memahami isinya.

Memang benar…

Gagal itu terjadi bukan sebelum kita mengerjakan latihan tapi malah setelah kita melakukan satu latihan, bahkan terjadi setelah kita mengerjakan latihan demi latihan.

Seringkali justru kegagalan terjadi manakala seseorang sudah berhasil naik level.

Tapi karena menemukan secuil kesulitan, akhirnya step-step yang sudah dilakukan berakhir dengan vakumnya kita dari belajar bahasa arab.

Apalagi asumsi terhadap diri sering menjadi alasan yang membuat kita berhenti pada saat kita sebenarnya sedang menapaki pintu kesuksesan.

Kata-kata yang berhubungan dengan belajar seperti penilaian, target, level, materi dll sering menjadi momok yang menghentikan langkah kesuksesan kita.

Sebenarnya kita bukanlah sedang mengalami kegagalan. Kita sesungguhnya sedang mengalami keberhasilan.

Dibandingkan dengan yang belum belajar bahasa arab, kita sudah memulai belajar dengan bergabung dalam sebuah lembaga atau kursus privat misalnya.

Dibandingkan dengan yang belum mengerjakan latihan sama sekali, kita sudah menginjak latihan kedua, ketiga dan seterusnya bahkan sudah naik ke level yang lebih tinggi.

Percayalah, ada banyak sisi baik yang sudah kita dapatkan dari kesulitan demi kesulitan dalam mengerjakan latihan walaupun dari sisi penilaian mungkin masih jauh dari target jago apalagi mahir dan pakar.

Dan di sini..Di #Sajadah ..

Paling tidak, kita sudah berusaha mengenal bahasa mulia ini.

Paling tidak, kita jadi bertemu dengan banyak orang yang memiliki semangat belajar dari berbagai penjuru negeri.

Paling tidak, kita sering mendapatkan motivasi-motivasi yang inspiratif dan mencerahkan pikiran.

Paling tidak, walau lama tak latihan, admin/pembimbing masih menerima dan mengkoreksi latihan-latihan kita.

Dan di #Sajadah, tidak akan kena sanksi atau di DO…๐Ÿ˜„๐Ÿ˜„

Ini cuma di #Sajadah lho..๐Ÿ˜Š

Jadi jangan takut untuk terus mencoba dan jangan takut pula dengan kata “gagal”.

Karena kata pepatah, kegagalan itu adalah kesuksesan yang tertunda. All right…

======

Yang ingin memulai kesuksesan, silahkan bergabung dengan mengetik

Info#Sajadah

kirim pesan whatsapp ke nomor

08125823240 (with charge)

082221113262 (free charge)

081366535486 (Indah)

http://lisanmulia.com/melihat-kegagalan-lewat-kacamata-bahasa-arab/

Reportase Mentoring Akbar, Rihlah #DPD 1 Muslimah_HTI_Bengkulu Chapter Kampus “Mentoring Akbar, Rihlah”






Muslimah HTI Bengkulu Chapter Kampus menyelenggarakan " Mentoring Akbar, Rihlah” dengan tema   “Menjadi Mahasiswa Hebat”

Acara ini dihadiri sekitar 42 peserta dari kalangan mahasiswi. Adapun narasumber “Mentoring Akbar, Rihlah” kali ini adalah Mbak Nining Tri Satria, S.Si (Aktivis DPD 1 MHTI Bengkulu) yang memaparkan materi tentang 4 langkah menggapai pribadi terbaik.

Mbak Nining  mengajak peserta untuk mengenali diri dengan langkah pertama yaitu   menjawab 3 pertanyaan mendasar (uqdatul kubra) agar  mampu menjadi pedoman untuk mengetahui arah serta tujuan hidup di dunia.  Berikutnya adalah  langkah yang kedua yaitu terima diri yaitu dengan cara berpikir linier dan sistematis serta khas sesuai Islam. Kemudian langkah ketiga yaitu  dengan cara mengembangkan diri.  Setiap peserta menancapkan motivasi berbuat yang kuat.  Ingat “Piala-Pahala, begitu kata Mbak Nining. Berpikir untuk berbuat yang terbaik. Ingat “be your self. Berbuat yang terbaik. Ingat “be the best, not be asa.  Tak lupa untuk mengiringi setiap perbuatan dengan tawakkal.  Ingat “insya Allah.  Langkah berikutnya yaitu dengan cara meningkatkan diri dalam berbuat kebaikan. Mbak Nining mengingatkan setiap peserta untuk menggali potensi diri bahwa ”saya pasti bisa”,  apalagi  mahasiswa sebagai agen of change dimana perubahan ada ditangannya. Tidak cukup bagi mahasiswa menimba ilmu agama hanya di bangku kuliah tanpa adanya semangat dan inisiatif mencarinya di luar kampus.

Acara ini dilaksanakan pada hari Ahad, 06 Desember 2015 bertempat di Pantai Sungai Hitam, Kota Bengkulu.  Acara ini dilaksanakan untuk menyampaikan opini kepada mahasiswi  bagaimana seharusnya  menjadi mahasiswa hebat, kritis dan peka terhadap kondisi ummat. Mahasiswi  tidak hanya mumpuni dalam  ilmu dunia, tapi mumpuni  pula di bidang ilmu agama karena bekal ilmu agama  sebagai penghantar jalan menuju syurga.

Peserta begitu semangat dan antusias dalam menyimak pemaparan materi serta semangat bertanya pada saat sesi tanya jawab dan fokus dalam mengikuti tahapan acara demi acara.

Wallahualam.


Kamis, 03 Desember 2015

Uji Kompetensi Guru (UKG) Dan Paradoks Mutu Pendidikan


Tidak bisa dipungkiri bahwa kualitas pendidikan banyak ditentukan oleh kualitas guru. Di tangan merekalah akan lahir generasi terbaik yang diidam-idamkan suatu bangsa. Terlebih  kondisi  saat ini, dunia pendidikan banyak tercoreng dengan prilaku guru yang tidak menunjukkan kredibilitasnya  sebagai pendidik generasi.  Banyak kasus yang menunjukkan hilangnya keteladanan  seorang guru.  Kejujuran para guru sudah mulai menghilang.  Banyak guru yang terlibat dalam pembocoran soal-soal UN hanya karena khawatir  anak didiknya banyak yang tidak lulus. Ada pula guru yang  melakukan pelecehan seksual pada anak didiknya. Bahkan ada guru yang  menyelewengkan dana bantuan  operasional sekolah.

Tak heran jika hilangnya kredibilitas guru berpengaruh pada anak didik.  Ungkapan “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”  memang benar adanya.  Perilaku guru yang demikian mau tidak mau membentuk kepribadian anak didik yang tidak jauh dari kepribadian  gurunya.  Wajar kalau anak didik menjadi pribadi-pribadi cuek dan hedonis.  Peningkatan   kenakalan  remaja  disinyalir akibat sistem pendidikan yang  menghilangkan keteladanan dari sang guru.  Jika guru melakukan kecurangan, itu pulalah yang dilakukan anak didik.  Jika guru melakukan pelecehan seksual dengan pemaksaan, anak-anak didik  berfoya-foya dengan perilaku seks bebas  atas dasar suka sama suka.  Lantas apakah  dunia pendidikan yang carut marut seperti ini bisa melahirkan  sosok  pemimpin  yang kredibel dan kapabel ?

 Dilandasi keprihatinan itulah, pemerintah  dalam hal ini kemendikbud merasa perlu untuk mengevaluasi ulang kinerja guru. Saat ini sedang berlangsung Uji Kompetensi Guru (UKG) yang akan berakhir pada tanggal 27 November 2015. Guru se-Indonesia melaksanakan Ujian tersebut secara online dan langsung diketahui hasilnya dan saat ini sedang dirancang juga Penilaian Kinerja Guru (PKG) sebagai suatu kesatuan penilaian terhadap guru. Dalam situsnya, kemendikbud  menjelaskan bahwa tujuan yang diharapkan dari UKG  dan PKG adalah supaya  guru-guru Indonesia menjadi insan yang mau terus belajar.  Asumsinya kalau gurunya mau belajar maka para siswa pun lebih mau lagi belajar.  Namun sayangnya  di saat guru akan diuji kompetensinya, ternyata terjadi kebocoran soal dan jawaban yang dilakukan oleh para guru.

 Apakah dengan dilaksanakannya ujian kompetensi guru (UKG) lantas persoalan dunia pendidikan akan selesai ?  Padahal  peningkatan mutu pendidikan tidak hanya terkait dengan kualitas guru.  Banyak elemen pendidikan yang perlu dikritisi dan menjadi  tanggung jawab semua pihak baik keluarga, masyarakat bahkan negara.  Persoalan dunia pendidikan adalah persoalan sistemik yang melibatkan semua aspek.   Peningkatan kualitas peserta didik tidak bisa selesai hanya  dengan dilaksanakannya UKG. Selama paradigma sistem pendidikan kita masih mengacu pada sistem pendidikan sekuler maka problematika dunia pendidikan akan masih terus terjadi.  Sistem pendidikan yang menafikan agama pada kurikulumnya menjadi sebab degradasi  kepribadian dan mental anak didik. Belum lagi persoalan pembiayaan dunia pendidikan yang sangat membebani  masyarakat. Pelajar yang cerdas dan berkepribadian baik seringkali tak dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi karena terbentur biaya.

Jamak dipahami bahwa permasalahan pendidikan kita bukan hanya masalah kualitas guru tapi juga bersinggungan dengan sistem keuangan, sistem peradilan, sistem pergaulan dan sebagainya.  Oleh karena itu, penyelesaiannya juga membutuhkan solusi yang holistik. Sistem Pendidikan Islam merupakan solusi yang bisa diaplikasikan untuk meningkatkan kualitas guru maupun peserta didik karena penyelesaiannya dilakukan secara menyeluruh dalam Daulah Khilafah Islamiyah.


Dalam sistem pendidikan Islam, kurikulum pendidikan harus berbasis aqidah Islam yang akan membentuk  kepribadian anak didik yang tangguh sekaligus  menguasai saintek.  Konsep multiple intelegen sepertinya hanya akan terwujud dalam sistem pendidikan Islam. Terbukti sistem Islam sudah melahirkan para cerdik cendikia dan para ulama mujtahid sekaligus mujahid  seperti Ibnu Sina yang dokter namun juga seorang sastrawan.  Dunia pernah mengenal al Farabi, seorang matematikawan tapi juga ahli ilmu alam. Dunia juga tidak akan melupakan penemuan-penemuan penting dalam dunia kedokteran, optic, matematika, geografi, ilmu alam, fisika dan lain-lain yang semuanya itu atas jasa ilmuwan Islam.

            Dalam sistem pendidikan Islam, pembiayaan pendidikan dilakukan sepenuhnya oleh negara Khilafah. Semua pelajar menikmati  fasilitas pendidikan secara gratis dan berkualitas. Hasil karya mereka berupa buku dihargai berat timbangannya dengan dinar dan dirham. Begitu pula halnya dengan guru. Gelar pahlawan tanpa tanda jasa rupanya tidak berlaku dalam sistem pendidikan Islam. Semua jerih payah dan jasa-jasa guru dibalas setimpal bahkan berlebih oleh negara. Pada masa Kekhilafahan Umar bin al-Khaththab saja, beliau memberikan gaji kepada para pengajar al-Quran masing-masing sebesar 15 dinar (1 dinar=4,25 gram emas. Jika 1 gram emas Rp 100.000,00, 1 dinar berarti setara dengan Rp 425.000,00. Artinya, gaji seorang guru ngaji adalah 15 (dinar) X Rp 425.000,00 = Rp 6.375.000,00). Ini berarti lebih dari 2 kali lipat dari gaji seorang guru besar (profesor) di Indonesia dengan pengabdian puluhan tahun.  Tak heran, penghargaan yang luar biasa dari negara, membawa para guru di masa itu berlomba-lomba menjadi yang terdepan dalam profesionalitas, kapabilitas, integritas dan kredibilitas agar menjadi sosok teladan yang pantas digugu dan ditiru. Demikianlah dunia pendidikan di masa Khilafah telah sukses melahirkan generasi pemimpin yang  tangguh dan cemerlang.

Reportase Kajian Cermin Wanita Shalihah (KCWS) "Hakikat Taubat Dari Maksiyat" #DPD 1 Muslimah_HTI_Provinsi_Bengkulu bekerjasama dengan BKMT Sungai Serut. “











Muslimah HTI Bengkulu bekerjasama dengan BKMT Sungai Serut, MHTI Bengkulu Utara dan MHTI Ketahun menyelenggarakan "Kajian Cermin Wanita Shalihah “ Hakikat Taubat Dari Maksiat ” Acara ini dihadiri sekitar 200 peserta dari kalangan guru dan ibu-ibu majelis taklim. Kali ini menghadirkan 3 pembicara yaitu Ustadzah Feliyanah, S.Pd, Ustadzah Drg. Wardah Samanhudi dan Ustadzah Noza Ekawati, S.Si. Dalam acara ini dipaparkan  materi tentang " Hakikat Taubat Dari Maksiat”.  Para pembicara menjelaskan   bahwa taubat harus mencangkup beberapa hal yaitu: 1. Menyesali perbuatan maksiat yang dilakukan; 2. Memohon ampunan/beristigfar; 3. Mengqadha kewajiban yang harus di qadha; 4. Berazam untuk tidak mengulanginya lagi; 5. Mengembalikan hak orang-orang yang sudah di zhalimi dan; 6. Menggiatkan diri dengan ketaatan kepada Allah. Perwujudan dari taubat adalah samina wa atho’na, dengan melaksanakan Islam secara kaffah (menyeluruh). Selain itu para pembicara juga mengkritisi kondisi generasi saat ini yang sudah sangat rusak. Maraknya paedofil anak, kekerasan anak, pergaulan bebas, narkoba dan lain sebagainya notabene dilakukan oleh para generasi muda sebagai generasi penerus. Jika sekarang generasinya sudah rusak, bagaimana nasib bangsa ini  beberapa tahun ke depan?
Acara ini mendapatkan respon positif dari peserta. Salah satu pertanyan dari peserta adalah  tentang  bagaimana cara mendidik anak sesuai tuntutan zamannya.
Pembicara menanggapi bahwa dalam mendidik anak memang  harus sesuai dengan zamannya. Orang tua harus memahami konsep pendidikan anak  dalam Islam dan juga tidak gagap teknologi. Oleh karena itu orang tua harus memahami Islam dengan cara mengkaji Islam. Pembicara mengajak para peserta untuk ikut program Yuk Ngaji”.
Acara ini dilaksanakan pada Hari Jumat, 27 November 2015 bertempat di 3 kota yaitu di Masjid Nurul Ihsan Kelurahan Tanjung Jaya Kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu, di kediaman  Ibu Rifda D1 Kecamatan  Ketahun  Kabupaten Bengkulu Utara dan di Masjid Miftahul Khair Kompleks Padat Karya Kota Argamakmur Kabupaten Bengkulu Utara. Acara ini dilaksanakan selain untuk syiar Islam, juga  untuk merespon permasalahan yang menimpa umat khususnya masalah perempuan, keluarga dan generasi sesuai dengan pandangan Islam. Dan semua permasalahan yang menimpa perempuan, keluarga dan generasi hanya bisa selesai dengan diterapkannya Islam dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiyah. Untuk itu, mari kita berjuang bersama-sama untuk tegaknya Khilafah ar-Rasyidah ‘ala Minhaj an-Nubuwwah.

Wallahu a’lam bish shawab.

Pemuda Islam : Think About Palestine Not Valentine

Oleh Najmah Jauhariyyah (Pegiat Sosial Media Bengkulu) Manusia adalah makhluk yang mampu berfikir.  Dengan berfikir manusia menjadi makhlu...